Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Didik: Jokowi Efek Tidak Berpengaruh untuk PDIP

Didik J Rachbini mengatakan tidak ada Jokowi Effect yang dirasakan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Editor: Sanusi
zoom-in Didik: Jokowi Efek Tidak Berpengaruh untuk PDIP
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Gubernur DKI Jakarta yang juga Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo atau Jokowi (kiri) bersama istrinya, Iriana Joko Widodo menunjukkan jari mereka yang telah tercelup tinta usai mencoblos saat menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 27, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/4/2014). Jokowi yang mendapat nomor urut 116 langsung mencoblos pilihannya. Daftar Pemilih Tetap (DPT) di TPS tersebut berjumlah 430 orang yang terdiri dari 208 laki-laki dan 222 perempuan. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi Partai Amanat Nasional (PAN), Didik J Rachbini, mengatakan tidak ada "Jokowi Effect" yang dirasakan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam pemilihan legislatif (Pileg), sehingga dalam berbagai hitungan cepat PDIP hanya mendapat suara sekitar 19 persen.

Didik saat dihubungi Tribunnews.com, mengatakan PDIP yang menargetkan 27 persen suara di pileg, bahkan tidak bisa menembus ambang batas 20 persen perolehan suara nasional untuk mengusung calon presiden. Kata dia Gubernur DKI Jakarta Joko "Jokowi" Widodo terbukti tidak mampu mendongkrak elektabilitas PDIP.

"Jokowi effect terhadap peningkatan suara PDIP hampir tidak ada, atau bahkan tidak ada. PDIP yang diprediksi 25 persen atau bahkan di atas 30 persen seperti suara PDIP (pada pemilu) 1999 tidak terwujud," katanya.

Jokowi pada berbagai survei soal elektabilitas calon presiden menduduki suara tertinggi. Lembaga survei juga memprediksi pencapresan Jokowi sebelum pileg akan mendongkrak suara PDIP hingga melewati ambang batas, namun kenyataannya hal itu tidak terjadi.

Ekspektasi terlalu tinggi itu menurut Didik dikarenakan di media massa dan media sosial Jokowi terlalu di gembar-gemborkan, dan belakangan masyarakat sudah lebih kritis serta realistis terhadap apa yang terjadi. Hal tersebut juga akan membuat Jokowi kesulitan saat debat visi-misi dengan capres dari partai lain.

Oleh karena itu untuk menghadapi pemilihan presiden pada 9 Juni lain, PDIP memerlukan partai lain untuk berkoalisi dengan partai menengah, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN) hingga Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang berdasarkan hitungan cepat perolehannya mencapai 6 - 10 persen.

"Sekarang partai atas lebih memerlukan partai tengah ketimbang sebaliknya. Partai tengah akan menjadi penentu koalisi ke depan," katanya.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas