Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mantan Komisioner Komnas HAM Ogah Jadi Timses Prabowo-Hatta

"Pada prinsipnya saya tak meragukan Prabowo sebagai capres. Tapi problemnya ada pada cawapresnya sehingga itu menjadi beban Prabowo sendiri."

Penulis: Y Gustaman
zoom-in Mantan Komisioner Komnas HAM Ogah Jadi Timses Prabowo-Hatta
TRIBUN/DANY PERMANA
Bakal Calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusung Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa bersiap menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (23/5/2014). Pemeriksaan kesehatan tersebut merupakan satu diantara syarat wajib yang diberlakukan KPU bagi capres dan cawapres untuk mengikuti Pilpres Juli mendatang. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yogi Gustaman

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Komisioner Komnas Hak Asasi Manusia (HAM) Saharuddin Daming mengapresiasi namanya masuk dalam tim sukses pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.

Kepada Tribunnews.com di Jakarta, Rabu (28/5/2014), Saharuddin berterimakasih atas kehormatan tersebut kendati tidak dikonfirmasi oleh tim sukses Prabowo-Hatta. Ia mengetahui namanya muncul dari pemberitaan di sejumlah media dalam tim sukses sebagai anggota Dewan Pakar.

"Namun saya tentu sangat terkejut. Karena berdasarkan keyakinan politik, saya justru berseberangan dengan poros atau koalisi yang dibangun Prabowo-Hatta," ungkap Saharuddin yang kini memilih membuka law firm dan dosen hukum di Universitas Ibnu Chaldun ini.

Ada dua alasan Saharuddin menolak ikut bagian timses Prabowo-Hatta. Pertama, ada kecenderungan koalisi yang mengusung keduanya masih menjalankan paradigma transaksional. Padahal, tujuan reformasi adalah menyelenggarakan pemerintahan yang berdedikasi untuk rakyat.

Alasan kedua, Prabowo salah memilih wakilnya yakni Hatta Rajasa. Sebagai seorang ahli hukum, ia berkeyakinan untuk membangun Indonesia lebih baik adalah menjadikan hukum dan keadilan sebagai panglimanya. Dan penegakan hukum harus jadi skala prioritas itu.

"Tapi bagaimana mungkin saya bisa mengkampanyekan tema seperti ini jika saya berada di tim Prabowo-Hatta. Sebagai cawapres, Hatta justru mempraktikkan fenomena terbalik," ungkap Saharuddin.

Ia mencontohkan bagaimana kasus tabrakan maut, di mana pengendaranya Apriliani dihukum sesuai perbuatannya. Sementara Rasyid, anak Hatta, yang mengemudikan BMW X5 dan menabrak Daihatsu Luxio sehingga menyebabkan dua orang meninggal tidak ditahan.

"Seandainya beliau waktu itu mengatakan keberatan mungkin seluruh hakim di Indonesia memberi acungan jempol. Guru saya almarhum Prof Ahmad Ali ketika anaknya terlibat pencurian, langsung menelpon polisi untuk segera menangkap dan menahan anaknya," sambungnya.

Karena berpegang pada prinsip penegakan hukum, Saharuddin keberatan namanya dicantumkan dalam tim Prabowo-Hatta. Kalaupun namanya masuk dalam susunan timses, ia menduga karena prakarsa teman-temannya. Secara pribadi ia tidak ada masalah dengan Prabowo.

"Pada prinsipnya saya tidak meragukan Prabowo sebagai capres. Tapi problemnya ada dalam cawapresnya sehingga itu menjadi beban Prabowo sendiri. Pasangan ini riskan dan Prabowo salah memilih pasangan. Makanya saya keberatan dan tidak bersedia masuk tim," tegasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas