Tim Pemenangan Prabowo-Hatta: Soal Isu Kebocoran Jadi Besar
Anggota Dewan Pakar Tim Pemenangan Prabowo-Hatta Kastorius Sinaga mengatakan, istilah kebocoran kini jadi isu besar yang menarik bagi masyarakat
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pidato calon presiden dari poros Partai Gerakan Indonesia Raya, Prabowo Subianto, soal hilangnya uang negara berjumlah Rp 7.200 triliun di acara debat capres pada Minggu (22/6/2014) lalu menuai pro-kontra.
Anggota Dewan Pakar Tim Pemenangan Prabowo-Hatta Kastorius Sinaga mengatakan, istilah 'kebocoran' kini jadi isu besar yang menarik bagi masyarakat.
"Menurut saya dari segi politik kita sudah sangat senang bahwa masyarakat melihat angle ini (kebocoran) menjadi isu besar. Bahwa memang misi Prabowo itu menutup kebocoran yang begitu besar," kata Kastorius usai diskusi 'Masa Depan Kebebasan Beragama & Kelompok Minoritas di Indonesia' di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (18/6/2014).
Dirinya menyebutkan, yang ingin disampaikan Prabowo ialah hilangnya aset negara sangatlah besar. Dan konsentrasi Prabowo apabila terpilih menjadi presiden akan meniadakan kebocoran tersebut.
"Kalau ini (kebocoran aset negara) ditiadakan, kita akan memiliki dana dan modal untuk Indonesia bangkit maksudnya untuk kesejahteraan masyarakat," katanya.
Lebih lanjut menurutnya, penyampaian Prabowo tentang kebocoran tersebut mengutip pernyataan Ketua KPK Abraham Samad. Sehingga tidak ada salah dalam penyampaian Prabowo pada debat capres kemarin.
"Saya kira kembali lagi bahwasanya Pak Prabowo ini begitu konsen karena sumber data itu datang dari lembaga yang begitu kredibel. Meskipun Pak Samad mengatakan itu adalah potensi kebocoran, artinya itu bisa terjadi, maka pesan mereka berdua sama juga, jadi ini (kebocoran) harus distop," ujarnya.
"Jadi konteks dan materi Pak Prabowo tidak salah karena Pak Prabowo mengutip apa yang dikatakan Pak Abraham Samad, dan setelah itu pak Abraham Samad meluruskan," kata Kastorius.
Sebelumnya, Ketua KPK Abraham Samad mengatakan Prabowo Subianto salah mengutip ucapannya tentang kebocoran negara yang mencapai sekitar Rp 7.200 triliun. Menurut dia, duit Rp 7.200 triliun itu merupakan potensi penerimaan yang seharusnya didapat negara dari sektor pertambangan.
"Bukan kebocoran," kata Abraham. Potensi penerimaan adalah total yang seharusnya bisa didapat tapi jadi tidak didapat. "Potensi penerimaan beda dengan kebocoran."