Survei LIPI Jokowi-JK Menang, Pengamat: Sulit Berubah
"Saya duga angka ini tidak banyak berubah persentasenya di Pilpres mendatang," kata Pengamat Psikologi Politik UI Hamdi Muluk.
Penulis: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Psikologi Politik UI Hamdi Muluk menyoroti masih tingginya angka undecided voters dalam survei tersebut. Padahal waktu penyelenggaraan Pilpres hanya kurang dari dua pekan.
"Saya duga angka ini tidak banyak berubah persentasenya di Pilpres mendatang. Artinya kemungkinan banyak mereka bakal tidak memilih sama sekali," ujarnya dalam hasil Survei Nasional Pemilu 2014 'Peta Dukungan Capres-Cawapres' yang dilakukan Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI yang disampaikan dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (26/6/2014).
Artinya, tambah Hamdi, tingkat elektabilitas pasangan tidak banyak berubah ketika Pilpres digelar. Apalagi kedua pasangan seperti kehabisan isu untuk menyerang lawannya agar eletabilitasnya turun.
"Semua peluru sudah dikeluarkan. Namun kelihatannya tidak mempengaruhi kecenderungan calon pemilih. Semuanya tampak solid," katanya.
Dalam kesempatan itu, hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan elektabilitas pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla jelang 2 minggu pelaksanaan Pilpres 2014 mencapai 43%.
Sedangkan pemilih yang bakal memilih pasangan Prabowo Subianto-Hatta mencapai 34% dan sisanya sebanyak 23% belum menentukan pilihannya.
Tingkat keterpilihan ini didasarkan pada pertanyaan penelitian, "Jika pemilihan presiden diselenggarakan pada hari ini, siapakah yang akan Anda pilih?"
Peneliti P2P LIPI Wawan Ichwanuddin mengatakan, survei tersebut dilakukan terhadap 790 responden berusian di atas 17 tahun di 33 provinsi dengan tingkat margin error sebesar 3,51% pada tingkat kepercayaan 95%.
Responden terpilih diwawancarai melalui tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih di mana satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan. "Pemilihan sampel dilakukan melalui metode multistage random sampling," ujarnya.
Wawan menyebutkan, survei tersebut hanya melakukan pemotretan persepsi masyarakat dalam rentang waktu tertentu yaitu sejak 5 Juni hingga 24 Juni 2014.
"Sementara semua biaya kegiatan survei ini bersumber pada dana DIPA (negara). Jadi kita tidak khawatir jika ada yang mengatakan survei dibayar salah satu capres," tegasnya.
Menurut Wawan, hal yang cukup menarik dari hasil survei ini yaitu masih banyaknya pemilih yang masuk kategori 'split ticket voters'. Artinya walaupun pemilih tersebut memilih satu partai tertentu di Pileg lalu, namun saat Pilpres mendatang bakal memilih capres bukan dari partai koalisi.
"Namun pemilih solid di parpol koalisi PDIP-Nasdem-PKB-Hanura yang bakal memiliki Jokowi-JK mencapai 60,4%. Sedangkan pemilih solid di parpol koalisi Gerindra yang bakal memilih Prabowo-Hatta hanya 48,2%," ungkapnya.