Jurus Penerjemah Soal Bocor dan Drone
ketika Prabowo berulang kali mengucapkan kata bocor, dengan gerakan tangan diikuti jari, Winda menerjemahkan menjadi gerakan yang mudah dimengerti
Editor: Ade Mayasanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso P
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Suka duka dialami para penerjemah bahasa isyarat (sign interpreter) pada debat capres-cawapres Pemilu Presiden 2014 ini. Terlebih ketika para capres dan cawapres menggunakan bahasa yang tidak biasa dipakai di masyarakat semisal drone dan tank. Kata bocor yang kerap diucapkan capres secara berulangkali pun juga terus diterjemahkan sebanyak capres-cawapres menyebut kata tersebut supaya penyandang tuna rungu dapat memahami setiap perkataan capres-cawapres.
Begitulah kisah yang dialami, Winda Utami (24). Sarjana psikologi dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang kini tim sign intepreter yang dipercaya Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) untuk menjadi penerjemah bagi tuna rungu berkat kerjasama KPU dan Pusat Pemilihan Umum Akses Penyangdang Cacat (PPUA). Totalnya ada tiga orang yang dipercaya KPU dan Gerkatin. Winda Utami, Pinky CR Warouw serta satu temannya lagi.
Menjadi penerjemah yang wajahnya muncul di bagian kiri bawah layar televisi saat siaran langsung debat, membuat Winda bangga sekaligus grogi karena ditonton jutaan masyarakat Indonesia.
Tim penerjemah bahasa isyarat ini baru dilibatkan pada debat kedua, 15 Juni 2014. Pada penampilan perdana, Winda mengaku sangat gugup saat itu sehingga terjemahaan isyaratnya kurang jelas. Ketika itu Winda lebih banyak menggerakkan anggota tubuhnya yang lain dibandingkan kedua tangannya sebagai media bahasa isyarat.
Namun, pada debat capres berikutnya atau sesi ketiga, Winda mengaku sudah lebih cukup tenang. Kini mereka dibilang lancar lantaran menerjemahkan bahasa isyarat dengan gerakan tangan, jari dan bibir, secepat kata perkata yang meluncur dari para kandidat. Bahkan, terjemahaan isyarat selesainya tak jauh berbeda saat capres-cawapres berhenti bicara. Hanya dalam hitungan detik selisihnya.
Kepada Tribunnews.com, Winda mengaku, meski tugasnya menerjemahkan melalui bahasa isyarat, mereka tidak mendapat bocoran pertanyaan yang akan disampaikan moderator. Walhasil, mereka harus mempelajari materi atau topik debat.
Pada debat perdana dengan tema 'Politik Internasional dan Ketahanan Nasional', Winda Cs harus belajar tiga hari sebelum tampil. Mereka mempelajari hal-hal yang terkait tema tersebut dengan mencari kata-kata atau istilah yang mungkin diucapkan capres.
Namun ujian akhirnya muncul juga. Ketika itu, Capres Jokowi dengan lugas memaparkan gagasannya untuk membeli pesawat tanpa awak atau yang disebut drone. Jokowi lebih banyak menyebut Drone ketimbang pesawat tanpa awak yang rencananya digunakan menjadi bagian alat pertahanan nasional sekaligus mencegah illegal fishing, illegal logging.
Winda yang kebagian tugas saat Jokowi menyebut kata drone mengaku sedikit bingung. Meski sudah belajar tiga hari, Winda tidak pernah mendapati istilah drone tersebut. Alhasil, Winda langsung berimporvisasi dengan menerjemahkan kata drone dengan dieja menjadi huruf perhuruf melalui gerakan tangan dan bibir. "Saya salah waktu itu, drone saya eja D-R-A-W-N, bukannya D-R-O-N-E," aku Winda.
Untuk ilegal fishing, atau pencurian ikan oleh nelayan asing di perairan Indonesia. Winda mengaku tidak kesulitan menerjemahkan karena memang kata memancing ikan dan 'Ilegal' adalah kata yang umum digunakan.
Winda menunjukan bahasa isyarat memancing, yakni dengan memperagakan seolah-olah ia tengah melempar joran, dan dilanjutkan dengan menempelkan jari telunjuk di mulut, seperti isyarat untuk diam.
Saat Jokowi menanyakan perihal Main Battle Tank (MBT) Leopard kepada capres Prabowo Subianto, Winda sempat mengeja satu persatu kata T-A-N-K. Namun mentor yang mengawasinya dari depan langsung mengingatkan perempuan asal Solo, Jawa Tengah itu. Dalam ucapan tank berikutnya ia mengubah ejaan itu dengan bahasa isyarat, yakni dengan mengenggam tangan kanannya dengan jari telunjuk yang diluruskan dan digerak-gerakan ke kanan ke kiri, dengan tangan kiri mengepal di bawahnya.
Begitu juga ketika Prabowo yang berulang kali mengucapkan kata bocor, dengan gerakan tangan diikuti jari, Winda menerjemahkan menjadi gerakan yang mudah dimengerti para penyandang tuna rungu. Meski kata bocor kerap diulang Prabowo, Winda dan teman-temannya terus mengulang setiap kata yang disampaikan para kandidat.
Winda belajar bahasa isyarat sejak aktif di Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin), Solo pada tahun 2010 lalu. Ia sendiri adalah perempuan normal yang tidak menyandang keterbatasan apa-apa.
Pascaacara debat, Winda sempat menerima keluhan dari sejumlah kenalannya penyandang tuna rungu. Mereka mempermasalahkan Winda yang tidak mengenakan pakaian berwarna hitam, pakaian standar penterjemah bahasa isyarat. Kata dia soal penyampaian materi, tidak ada satu pun yang mengeluhkan. (bersambung)