Pengamat: Tolak Intervensi Asing, Kok Prabowo Pakai Konsultan Asing
Sebab, Prabowo selalu menunjukkan sikap yang kontradiksi antara ucapan dengan tindakan.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit menilai klaim nasionalisme yang selalu digembar-gemborkan oleh calon presiden Prabowo Subianto hanyalah sikap yang hipokrit.
Sebab, Prabowo selalu menunjukkan sikap yang kontradiksi antara ucapan dengan tindakan.
“Seperti pernyataannya yang menolak intervensi asing, yang dikesankan seperti nasionalisme sempit era tahun 1920-an saat perang dingin. Tetapi tindakan dan sikap politiknya kan mencla mencle, hipokrit, antiintervensi asing tetapi gunakan tenaga ahli atau konsultan asing dalam pencapresan,” kata Arbi saat dihubungi wartawan, di Jakarta, Rabu (16/7/2014).
Menurut Arbi, untuk melihat nasionalisme seseorang, cukup dilihat rekam jejaknya. Lalu bila klaim dirinya adalah seorang nasionalis, bisa dicek apakah ucapannya itu sesuai dengan dengan tindakannya.
“Tapi bagi saya, tidak ada orang mengklaim nasionalis tetapi punya masa lalu dalam kasus penculikan aktivis. Tidak ada nasionalis tetapi tidak prodemokrasi,” ujarnya.
Jadi, kata dia, dengan contoh kecil dimana Prabowo menggunakan konsultan asing, yakni Rob Allyn, sudah bisa dinilai bagaimana kadar nasionalismenya.
Lebih lanjut, Arbi juga mengkritisi sikap pihak Prabowo-Hatta yang seakan-akan menolak intervensi asing, namun dengan sudut pandang sempit.
Contohnya, Prabowo pernah menyimpulkan tulisan jurnalis Amerika Serikat (AS) Allan Nairn, soal pernyataan Prabowo di masa lalu yang mengaku sebagai anak kesayangan Departemen Pertahanan AS, sebagai wujud intervensi asing.
Padahal hingga sekarang publik belum pernah mendengar Prabowo membantah apa yang disampaikan Nairn. “Jadi, apa yang ditunjukkan oleh Prabowo itu omong kosong. Omongannya saja sudah tak benar, apalagi tindakannya,” pungkasnya.
Sebelumnya, Konsultan Politik asal AS, Rob Allyn, akhirnya mengakui bahwa dirinya memang membantu Prabowo-Hatta dalam proses pilpres 2014.
Dia menolak telah menjadi 'otak' di balik kampanye hitam atas Jokowi. Dia mengaku hanya membuat konsep iklan televisi Prabowo yang efektif berbasis riset yang baik.
Dia bahkan mengklaim bahwa dirinya terlibat membantu Jokowi di Pilgub DKI Jakarta pada 2012.
Sejumlah media sudah mengupas bahwa terkiat pengakuan Allyn yang pernah menjadi konsultan Jokowi pada Pilgub DKI 2012, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo memang pernah mengaku telah menghabiskan Rp52 miliar untuk kemenangan Jokowi-Ahok.
Namun, pernyataan itu kemudian dijelaskan oleh Ahok bahwa dana miliaran tersebut bukan digunakan untuk dana kampanye mereka, tetapi digunakan untuk iklan televisi yang menampilkan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Dan menurut peneliti masalah-masalah politik militer, Made Supriatma, pengakuan Allyn bahwa dia membantu Jokowi dalam Pilgub DKI 2012 adalah hanya pada kerjanya membuat iklan yang didominasi Prabowo.
Kata Made, uang Rp52 Miliar itu untuk kampanye iklan televisi Prabowo mendompleng Jokowi.