JK Akui Sudah Menerima Banyak Ucapan Selamat
Jusuf Kalla (JK), mengaku yakin pasangan Joko Widodo (Jokowi)-JK akan diumumkan sebagai pemenang pemilihan presiden
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon Wakil Presiden (Cawapres) pasangan nomor urut 2, Jusuf Kalla (JK), mengaku yakin pasangan Joko Widodo (Jokowi)-JK akan diumumkan sebagai pemenang pemilihan presiden (pilpres) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Kepada wartawan di kediamannya di Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (21/7/2014), mantan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar itu mengatakan, hasil rekapitulasi KPU di tiap provinsi yang sudah bisa diakses masyarakat, menunjukan pasangan tersebut sudah unggul.
Wakil Presiden RI 2004 - 2009 itu mengakui sudah banyak yang mengucapkan selamat kepadanya, walaupun KPU belum mengumumkan secara resmi pemenang pilpres.
Sebagian diantaranya adalah ucapan selamat dari tokoh-tokoh partai pendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Ia pun mengakui sebagian dari tokoh tersebut selain mengucapkan selamat, juga menuturkan kesediaannya untuk bergabung dengan koalisi Jokowi-JK.
"(Ucapan tersebut) Tidak langsung ke kita berdua (Jokowi-JK), tapi dengan pengurus yang lain," katanya.
Namun demikian ia tidak mau gegabah dengan langsung menerima tawaran tersebut. JK menyebut segala sesuatunya harus menunggu keputusan KPU pada tanggal 22 Juli.
Ia juga menyebutkan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Aburizal Bakrie atau Ical, belum membuka komunikasi dengannya terkait pilpres. Ia menduga jika Ical akan membuka komunikasi atau bahkan sekedar mengucapkan selamat, hal itu akan dilakukan setelah pengumuman KPU.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ical menerima protes keras dari sejumlah kader Partai Golkar karena keputusan Ical adalah Partai Golkar mendukung pasangan Prabowo - Hatta. Protes terhadap Ical makin menjadi setelah Ical memecat sejumlah kader Partai Golkar yang nekad mendukung Jokowi - JK, yakni Poempida Hidayatullah, Agus Gumiwang dan Nusron Wahid.
Kader yang memprotes Ical itu kini mengusung isu percepatan Musyawaran Nasional (Munas), dengan agenda melengserkan Ical dan menggantinya dengan seseorang yang pro Jokowi - JK.