Kapolri: Pengamanan di MK Sudah Sesuai Ketentuan
Menanggapi adanya laporan tersebut, Kapolri Jenderal Polisi Sutarman mengatakan anggotanya sudah melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim koalisi Prabowo-Hatta telah melapor ke Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) terkait tindakan represif polisi saat menghadapi pendukung mereka dalam unjuk rasa putusan Mahkamah Konstitusi (MK) di Patung Arjuna Wiwaha.
Menanggapi adanya laporan tersebut, Kapolri Jenderal Polisi Sutarman mengatakan anggotanya sudah melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan.
"Langkah teknis dan taktis sudah dilakukan sesuai protapnya maka prajurit saya benar, tidak ada yang salah," kata Sutarman, Selasa (26/8/2014) di Mapolda Metro Jaya.
Sutarman melanjutkan mengenai informasi beredar menyoal adanya pendukung Prabowo-Hatta yang tertembak, pihaknya akan melakukan pengecekan.
"Menggunakan peluru karet itu ada di langkah tahap keenam dalam mengendalihan massa. Kalau memang ada yang pakai, nanti kami cek," ungkap Sutarman.
Untuk diketahui, Tim koalisi Prabowo-Hatta melaporkan tindakan represif pihak kepolisian saat menghadai pendukung Prabowo-Hatta dalam aksi jelang putusan Mahkamah Konstitusi (MK) di Patung Kuda, kawasan Jalan Merdeka Barat ke Mabes Polri, ke kantor Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Anggota tim Prabowo-Hatta, Andry Rosaide mengatakan, massa pendukung yang menunggu vonis Mahkamah Konstitusi pada Kamis (21/8/2014) silam diperlakukan bak teroris. Menurutnya massa yang kabur terus dikejar dan dipukuli oleh petugas.
"Jadi informasi yang dilontarkan Kapolri dan Menko Polhukam bisa kami pastikan itu bohong," kata Andry kepada wartawan di kantor Komnas HAM, Senin (25/8/2014).
Padahal menurut Andry, sebelum terjadi bentrok pihaknya telah tiga kali melakukan negosiasi dengan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Dwi Priyatno. Namun, Irjen Pol Dwi Priyatno tidak menghiraukan pendapatnya.
"Kami tidak meminta orasi di depan MK tapi saat itu suasana panas sekali kami hanya minta di depan Kemenhan atau di depan Museum Nasional yang banyak pohon sehingga kawan-kawan relawan tidak kepanasan tapi Kapolda tidak mau bernegosiasi dan tetap tidak mau bergeser sehingga munculah keresahan," kata dia.
Menurut Andry, tindakan aparat kepolisian itu berlebihan.
"Tindakan polisi yang sangat lebay dengan memasang kawat duri dan memakai water cannon seakan memperlakukan kami yang selama dua minggu melakukan aksi seakan seperti teroris," katanya.
Menurutnya, total korban yang terdata ada 54 orang dan sampai sekarang masih ada yang dirawat di rumah sakit.
"Ada yang tertembak, ada yang bocor pipinya ada yang bocor kepalanya, kepala belakang, perut, jadi ini terlalu prematur kalau Kapolri bilang tak ada peluru," katanya.