''Menyiapkan Pemimpin yang Tak Sekadar Pintar Berwacana''
Realitas itulah yang mendasari Tanoto Foundation, kata Lestari, untuk merancang sebuah program, yang tak hanya memberikan beasiswa.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menjadi pemimpin itu tidak mudah. Sebab, seorang pemimpin, tak sekedar pintar berwacana, tapi juga punya rencana dan solusi.
Seorang pemimpin juga milik semua golongan. Bukan milik segelintir orang atau kelompok pendukungnya.
Menurut Head Of Communication Tanoto Foundation, Lestari Boediono, calon pemimpin harus disiapkan sejak dini.
Tentu, calon pemimpin yang komplet. Calon pemimpin yang memang selalu siap memberi solusi.
Hal itu tak bisa dibentuk instan. Perlu proses dalam melahirkan generasi unggul yang bisa diharapkan jadi calon pemimpin.
"Masalah yang dihadapi rakyat Indonesia kian kompleks. Sayangnya hari ini kita lebih sering melihat para pemimpin bertarung untuk kepentingan kelompoknya ketimbang menyelesaikan banyak masalah yang hadir di tengah-tengah publik," ujar Lestari dalam keterangan persnya yang diterima di Jakarta, Senin (2/10/2017).
Realitas itulah yang mendasari Tanoto Foundation, kata Lestari, untuk merancang sebuah program, yang tak hanya memberikan beasiswa.
Tapi membekali mereka peserta beasiswa dengan berbagai kemampuan pendukung atau soft skills.
Agar mereka, para mahasiswa penerima beasiswa siap menjadi seorang pemimpin yang berkualitas, di bidang apapun.
Kemampuan pendukung antara lain pelatihan kepemimpinan, talkshow kepemimpinan, pertemuan rutin dengan seluruh penerima beasiswa (Tanoto scholars gathering), dan lainnya," katanya.
Hidayat Slamet, penerima beasiswa Tanoto dari Universitas Hasanuddin Makassar, mengapresiasi acara Leadership Workshop yang digelar rutin.
Kata dia, kegiatan itu sangat bermanfaat. Karena dalam kegiatan itu, ia dituntut untuk bisa merumuskan solusi.
"Yang paling saya suka adalah materi root problem analysis," katanya.
Dalam materi itu, kata dia, ia dituntut, sebelum sebelum merancang sebuah program, harus tahu terlebih dahulu masalahnya.
Ini yang sebelumnya, ia tidak sadari. Jadi dulu, kata dia, kalau membuat program, tinggal langsung membuat kegiatannya dulu.
Lain halnya dengan Nissa penerima beasiswa dari Universitas Mulawarman. Ia mengaku, menyukai pembelajaran kepemimpinan lewat kegiataan outbound.
Karena walau kegiatan itu dilakukan dengan fun, tapi mengaruskan semuanya tetap mengedepankan kerjasama.
Menurutnya itulah inti dari kemimpinan. Ia tak bisa tampil sendirian. Namun harus mampu membuat team work yang kuat. Dan seorang pemimpin, harus jadi bagian dari itu. Tidak bisa berjalan sendirian.
" Dalam outbound kan itu menuntut kerjasama antar anggota tim. Pemimpin pun harus begitu. Dia tak akan berhasil jika tak punya team work yang kuat dan solid," katanya.