Belajar dari Gedung Sekolah di Australia, Kurangi Tembok Pembatas Ruang Kelas
Tidak adanya tembok yang membatasi jenjang kelas menciptakan suasana terbuka.
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menciptakan suasana terbuka, saatnya sekolah-sekolah mengurangi tembok pembatas.
Ini gambaran yang diperoleh pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Novi Candra saat berkunjung ke SD Ringwood North, Australia.
Bersama Muhammad Nur Rizal, Novi berkunjung atas permintaan fakultas pendidikan Monash University, berkaitan dengan riset untuk GSM.
"Kami memperhatikan benar lay out kelas menjadi fokus mereka, di mana sekolah benar-benar ingin membentuk atmosfer kondusif untuk para siswa belajar," kata Novi.
Ia mencontohkan tidak adanya tembok yang membatasi jenjang kelas menciptakan suasana terbuka.
“Di Australia sudah mengurangi tembok. Mereka memakai kaca atau pembatas non-permanen," katanya.
Baca: Sekolah Khusus Anak TKI di Malaysia Diresmikan
Ia mencontohkan, kelas I dan II, III dan IV digabung menjadi satu ruang besar, tapi dengan suasana yang tetap tenang serta nyaman.
"Salah satunya juga karena keterampilan guru dalam mengelola perilaku anak,” terang Novi.
Lay out kelas dengan model tersebut bahkan dipertahankan di level universitas, seperti tampak di Monash University.
Novi menambahkan bahwa lay out tersebut menstimulasi pembelajaran untuk tak lagi bersifat lecturing [menceramahi] seperti di Indonesia, tapi lebih pada tutorial, workshop atau diskusi.
"Di Australia khususnya Victoria, setiap guru diberi hak dan dukungan untuk mengajukan pelatihan dengan dibiayai sekolah," katanya.
Dana untuk sekolah lebih banyak digunakan untuk pelatihan guru.
Pelatihannya sendiri berupa pengembangan pola pikir, pembelajaran mendalam, sampai STEAM (Science-Engineering-Arts-Mathematics).
Lawatan ke Negeri Kangguru kali ini pun diharapkan menjadi kesempatan lain buat GSM untuk melakukan kerja nyata, demi meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
“Terpenting adalah kami ingin setiap kesempatan menjadi kerja kerja nyata yang punya dampak pada peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Bukan hanya secara artifisial [asal ada kegiatan] tapi jelas dengan tujuan, target dan keberpihakannya,” kata Nur Rizal.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.