Herayati, Anak Tukang Becak yang Lulus Cum Laude dari ITB Jadi Guru Privat untuk Biayai Kuliah
"Karena Hera punya keyakinan, rezeki tuh selalu dapat terus selama masa kuliah," ujar Hera.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Herayati, anak tukang becak di Cilegon, Banten, yang lulus diwisuda dengan predikat cum laude dari Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung (ITB) di Graha Sabuga, Bandung, hari ini, mengaku punya keyakinan kuat tentang rezeki untuk membiayai kuliahnya meski penghasilan orangtuanya sebagai tukang becak tak memadai.
Ditemui di sela prosesi acara wisuda ketiga ITB tahun akademik 2017/2018, di Graha Sabuga, Bandung, hari ini, Sabtu (21/7/2018), Hera menuturkan
Selama kuliah di ITB, Hera mengaku tidak pernah mengalami kekurangan finansial meskipun keluarganya terbatas dari segi ekonomi.
"Karena Hera punya keyakinan, rezeki tuh selalu dapat terus selama masa kuliah," ujar Hera.
Selama masa kuliah, dia rupanya pernah mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Cilegon, Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Jenderal Moeldoko, dan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
Demi mendapatkan uang tambahan untuk biaya kuliah, Hera juga bekerja paruh waktu sebagai guru privat bagi mahasiswa tingkat pertama ITB.
Saat memasuki kuliah di dua semester pertama, nilai akademiknya tidak terlalu baik, karena jumlah mata kuliah yang beragam di Program TPB.
Baca: Inilah Herayati, Mahasiswi Cantik Anak Tukang Becak yang Lulus dengan Predikat Cum Laude di ITB
"Setelah masuk program studi sarjana kimia, karena suka dengan kimia, nilai menjadi meningkat drastis," ujar Hera.
Dalam menyelesaikan tugas akhir S1, Herayati mengembangkan suatu sintesis yang berasal dari kulit udang yang dapat digunakan untuk menyerap limbah timbal pada air Sungai Cikapundung.
Baca: Herayati, Anak Tukang Becak yang Lulus Cum Laude, Terinspirasi Masuk ITB dari Guru SMP-nya
“Penelitian saya yang dibimbing Bu Dr. Deana Wahyuningrum dapat membantu mengurangi polusi air. Terlebih timbal merupakan logam berat yang berbahaya bagi kesehatan,” ujarnya.
Kedua orangtuanya, pasangan suami istri Sawiri (66) dan Durah (62), adalah sosok yang terus membuatnya tetap bersemangat menjalani studi di ITB.
Di keluarganya, Hera adalah anak bungsu dari empat bersaudara.
Semangat itu, ujarnya, juga dibarenginya dengan rajin beribadah dan berdoa.
“Kedua orangtua selalu mendukung saya. Beliau tak pernah mengeluh walau kondisi ekonomi dalam keadaan yang terbatas. Maka dari itu saya berusaha untuk terus berprestasi di ITB,” kata Hera.
Setelah lulus nanti, dia bercita-cita ingin menjadi dosen di daerahnya, Cilegon, Banten.
"Saya ingin membaktikan diri kepada daerah yang sudah mendukung saya selama studi di ITB, saya juga sangat senang mengajar dan meneliti," kata Hera.
Selama berbincang dengan Tribun Jabar, tak sedikit berapa orang menghampiri Hera.
Ada yang sekadar mengucapkan selamat, ada pula yang memberinya hadiah wisuda seperti bunga atau boneka.
Raut muka bahagia kembali terpancar dari wajah Hera saat namanya dipanggil panitia wisuda di Graha Sabuga untuk berfoto bersama dengan teman-teman satu angkatan di Prodi-nya.