Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rakernas Perkumpulan Ahli Dosen Republik Indonesia (ADRI) Jurnal Internasional

Ke depan, tentu perlu dipikirkan sinergitas hasil penelitian dunia pendidikan dengan kebutuhan industri.

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Rakernas Perkumpulan Ahli Dosen Republik Indonesia (ADRI) Jurnal Internasional
ISTIMEWA
Rapat Kerja Nasional Pertama Perkumpulan Ahli Dosen Republik Indonesia (ADRI) Journal International di Kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Senin (27/8/2018). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Direktur Jenderal Perguruan Tinggi bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Kemendikti, Dr. Muhammad Dimyati membuka Rapat Kerja Nasional Pertama Perkumpulan Ahli Dosen Republik Indonesia (ADRI) Journal International yang diadakan di Kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Senin (27/8/2018).

Rakernas kali ini diikuti 160 peserta dari pengelola Journal International di seluruh Indonesia ini dihadiri Presiden ADRI, Dr. Ahmad Fathoni, Ketua Panitia, Prof. Faisal, dan Dr. Nurhayati mewakili Rektor UNJ yang berhalangan hadir.

Dalam sambutannya, Dimyati mengatakan produksi penulisan ilmiah para peneliti dan dosen di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan menggembirakan. Dia menyoroti ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan penulisan ilmiah berskala internasional.

Pertama, pemerintah mendorong peningkatan kualitas penulisan ilmiah dari kalangan peneliti dan dosen. Regulasi dan kebijakan pemerintah memberikan iklim yang kondusif bagi pengembangan karya-karya ilmiah.

"Saat ini sudah keluar Permen Nomor 9 Tahun 2018 yang menyoal akreditasi jurnal. Diakuinya, saat ini memang yang menonjol masih dalam kuantitas dan belum kualitas. Penekanan ke kualitas ini penting karena ia lebih powerful," ujarnya dalam rilis yang diterima tribunnews.com, Selasa (28/8/2018).

Kedua, lanjutnya dalam kaitannya dengan industri, hasil-hasil penelitian ilmiah masih belum matched dengan tuntutan permintaan industri. Ke depan, tentu perlu dipikirkan sinergitas hasil penelitian dunia pendidikan dengan kebutuhan industri.

"Ketiga, dari segi kualitas lembaga penelitian, kondisi kita masih belum merata. Di satu sisi ada lembaga yang sudah berkembang maju dan di sisi lain masih ada yang baru mulai. Karena itu, pemerintah mengambil kebijakan “cluster” dalam pembinaannya dan tidak main pukul rata," kata dia.

Berita Rekomendasi

Dibandingkan dengan Malaysia, kata Dimyati, Indonesia masih berada di bawah Malaysia dalam hal produktifitasnya. “Malaysia tiap tahun ada 28 ribu publikasi sementara kita cuma 1500,” ujarnya.

Kepada para peserta Rakernas, Dirjen Dikti mendorong agar sebagai insan akademis mereka berani mengubah mindset dengan menunjukkan kekuatan dan sinergitas kita untuk membangun jurnal ilmiah yang bagus.

Dalam sambutannya, Presiden ADRI Journal International, Dr. Ahmad Fathoni mengutarakan perlunya pemerintah mensubsdii biaya yang diperlukan untuk penulisan karya-karya ilmiah dari anggota ADRI. Dia menilai, saat ini devisa yang terbuang ke luar negeri untuk menulis karya ilmiah per tahunnya mencapai Rp10 Triliun.

“Jika Indonesia ingin maju, maka pemerintah harus menyediakan dana Rp10 Triliun untuk para peneliti,” ujar Fathoni.

Selain masalah dana, Presiden ADRI Journal International meminta perhatian pemerintah agar membantu keamanan situs ADRI Journal International. Pasalnya, sebelum ADRI memiliki server sendiri, sudah 2 kali para hacker merusak situsnya.

ADRI Journal International saat ini memiliki 26 situs di seluruh Indonesia. Keberadaan situs ini jelas sangat membantu para peneliti dan dosen untuk mempublikasikan karya-karya mereka.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas