Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menengok Sekolah Belajar Ciputat, Merajut Masa Depan di Antara Tumpukan Barang Bekas

Sebanyak tiga belas anak dari berbagai umur itu menghadap ke seorang pria berbaju merah dengan papan tulis di sampingnya.

Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Menengok Sekolah Belajar Ciputat, Merajut Masa Depan di Antara Tumpukan Barang Bekas
TRIBUNNEWS.COM/RIZAL BOMANTAMA
Rifqi Ching (25) volunteer Sekolah Belajar Ciputat saat memberi materi pelajaran kepada anak-anak di perkampungan pemulung di depan Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (20/10/2018). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama

TRIBUNNEWS.COM, TANGERANGSELATAN - Jarum jam baru menunjukkan angka dua di siang hari, Sabtu (20/10/2018) tatkala sejumlah anak perempuan berjalan bersama sambil menggendong tas ransel, tepatnya di depan Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten.

Tak lama dua anak perempuan sebaya juga menghampiri mereka, kurang lebih dengan setelan yang sama.

Mereka bertemu di sebuah warung sambil menunggu sesuatu, terdengar dari perbincangannya.

“Kakaknya sudah datang belum, mau hujan nih,” ujar mereka.

Begitu pun saat hujan cukup deras mengguyur kawasan tersebut, mereka tetap setia menunggu di tempat yang sama.

Hingga pukul 15.00 WIB kecemasan mereka makin menjadi, namun tak lama, sekitar 20 menit kemudian mereka bersama-sama menuju sebuah tempat dengan pintu gerbang seng dengan cat merah yang sudah mengelupas di sana-sini.

Berita Rekomendasi

Dari balik gerbang itu terlihat sejumlah tumpukan barang-barang bekas yang sudah dikumpul dan dipilah.

Tepat di samping kanan gerbang ada tumpukan jirigen plastik dengan berbagai ukuran, sementara di sebelah kiri tertumpuk ratusan bahkan ribuan gelas plastik yang tampak sengaja dikumpulkan.

Berjalan lurus dari gerbang terlihat tumpukan botol-botol plastik, di mana anak-anak yang sejak siang tadi berkumpul sudah duduk rapi beralaskan beberapa karpet di balik gunungan botol itu.

Mereka berada di tengah bangunan-bangunan kayu yang disekat berukuran sekitar masing-masing empat kali empat meter sehingga menjadi beberapa kamar yang sering disebut perkampungan pemulung di kawasan tersebut.

Sebanyak tiga belas anak dari berbagai umur itu menghadap ke seorang pria berbaju merah dengan papan tulis di sampingnya.

Di belakang mereka terpajang sebuah lemari buku sederhana dengan sedikit buku pelajaran dan beberapa poster.

Mereka pun menyanyikan yel-yel penyemangat sebelum memulai jam belajarnya.

Baca: Tinggalkan Diskusi di Televisi, Ahmad Dhani Tak Terima dan Anggap Bahasan Pengamat Hukum Melenceng

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas