Jelang London Book Fair, Indonesia Pukau Publik London dengan Acara Kuliner dan Budaya
Kegiatan ini merupakan bagian dari langkah promosi sektor-sektor kreatif Indonesia kepada publik London
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satu bulan menjelang kehadiran Indonesia sebagai Market Focus Country di London Book Fair 2019 yang akan berlangsung di Gedung Olympia, Kensington, London, 12-14 Maret,
Badan Ekonomi Kreatif sebagai pihak yang memimpin dan menginiasi kegiatan ini, mengadakan acara kuliner dan pertunjukan seni budaya yang dilaksanakan oleh Panitia Pelaksana Kegiatan Indonesia Market Focus Country yang dibentuk Bekraf dengan melibatkan Komite Buku Nasional dan praktisi industri kreatif lainnya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari langkah promosi sektor-sektor kreatif Indonesia kepada publik London.
Adapun acara tersebut adalah, jamuan makan siang bersama para food blogger di London dengan judul acara Spice Island Revisited Lunch yang bertempat di The Providores, Marylebone, London, pada 13 Februari 2019.
Di acara ini, tampil pakar kuliner Indonesia, Petty Elliott dan Santhi Serad yang menyusun menu-menu yang mengangkat pulau-pulau tempat rempah-rempah berasal, yaitu Run, Banda, Ternate, Tidore, dan Halmahera.
Baca: Dewi Perssik Liburan ke London, Unggah Momen Bertemu Artis Cantik yang Kini Tinggal di Inggris Ini
Tema kepulauan rempah-rempah ini dipilih sebagai bagian dari narasi tentang 17.000 Islands of Imagination yang menjadi tema Indonesia Market Focus Country di London Book Fair 2019. Baik Petty dan Santhi berkolaborasi dengan Chef Peter Gordon dan tim kuliner mereka.
Selain acara kuliner, promosi tentang Indonesia juga ditampilkan dalam acara malam kebudayaan dengan judul Islands of Imagination: An Indonesian Cultural Late di Asia House pada 15 Februari 2019.
Sebagai acara yang bertujuan untuk mempromosikan Indonesia sebagai tamu kehormatan di London Book Fair pada Maret nanti, acara yang berlangsung dari pukul empat sore hingga sembilan malam ini mengundang pihak-pihak yang penting untuk bisa mempromosikan Indonesia, yaitu kalangan media, influencer, para mitra Market Focus seperti British Council, British Library, Anglo Indonesia Society, anggota Darmasiswa, jejaring Asia House, dan jaringan diplomatik.
Di acara Indonesia Cultural Late ini tampil sejumlah seniman, penulis, fashion designer, hingga perupa. Beberapa acara utama di malam kebudayaan ini antara lain adalah pertunjukan musik langsung oleh musisi dan penyanyi Nyak Ina Raseuki (Ubiet), gitaris jazz Tesla Manaf, dan pemain gendang Melayu Shafur Bachtiar.
Dalam pertunjukannya ini, Ubiet mengajak penonton untuk memahami tentang tentang suara dan lagu Indonesia dari masa lalu, masa kini dan masa depan, yang Ubiet representasikan dengan keberadaan dirinya dan dua musisi yang mewakili tiga generasi Shafur dari generasi 20-an, Tesla generasi usia 30-an dan Ubiet dari generasi 40-an.
Konsep Indonesia masa lalu dan masa kini, ditampilkan Ubiet lewat pengolahan lagu-lagu S. Abdullah, penyanyi pop Indonesia bergenre Melayu pada tahun 1920-an. S. Abdullah adalah pendiri dan ketua Persatuan Arab Indonesia.
Desainer Didiet Maulana yang menampilkan 10 rancangan busananya yang mengangkat kekayaan kain-kain tradisional Indonesia.
Dipamerkan pula sejumlah busana kolaborasi Dian Pelangi dan desainer asal Inggris Nelly Rose dan Odette Steel. Selain itu juga tampil penyair Khairani Barokka, karya grafik dan ilustrasi dari Tommy Chandra, seni wayang kontemporer dari Herlambang Bayu Aji, dan karya visual kontemporer dari perupa Sinta Tantra.
Laura Bangun Prinsloo, Ketua Panitia Pelaksana Harian mengatakan, kegiatan ini tidak hanya memperlihatkan betapa kaya dan beragamnya seni dan budaya Indonesia, namun sekaligus mendorong kemunculan talenta-talenta di bidang industri kreatif di Indonesia untuk tampil di hadapan publik London.
"Saya harap dengan kedua acara ini, masyarakat London antusias dan menyambut hangat kemunculan Indonesia sebagai Market Focus Country di London Book Fair 2019,” katanya.
Triawan Munaf, Kepala Bekraf menyatakan, lewat dua acara ini, Bekraf memperlihatkan dukungan penuh serta upaya dalam memperkenalkan industri kreatif ke dalam pasar global.
"Kami berharap publik London melihat potensi talenta-talenta kreatif Indonesia di dua acara ini, sehingga tidak hanya bertujuan untuk mempromosikan keberadaan Indonesia sebagai Market Focus Country di London Book Fair Maret nanti, namun juga mampu memunculkan peluang-peluang kerja sama bisnis bagi para pelaku industri kreatif di Indonesia," katanya.