Peluncuran Ero: Regenerasi Alami Aqua Dwipayana di Awal 2020
Jika biasanya tampil “solo” selama dua jam bahkan seringkali lebih, kali ini bapak dua anak itu melibatkan tiga “pembicara” tambahan.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Penampilan Ero sebagai “anak milenial” dan mahasiswa salah satu universitas favorit di forum tersebut memberikan nilai tambah dan daya tarik tersendiri bagi para peserta.
Respons peserta juga antusias dengan mengajukan sejumlah pertanyaan di akhir sesi dan berlanjut di luar ruang tempat berlangsungnya acara tersebut.
Adapun bagi peserta dari kalangan guru dan orangtua murid, paparan Ero secara spontan tanpa teks dalam kegiatan itu memperluas cakrawala pandang dan memberikan pencerahan mereka.
Di forum tersebut, Ero yang didapuk spontan oleh sang ayah untuk tampil itu memaparkan pengalaman dirinya dalam pengasuhan keluarga yang demokratis dan interaksinya di luar rumah, baik dengan sesama siswa atau mahasiswa, guru/dosen maupun para sahabat jejaring ayahnya.
Aqua tampak sangat memahami potensi Ero sehingga sejak dini secara serius “mengkader” anak bungsunya itu dengan mengajak keliling mengikuti kegiatan silaturahim serta Sharing Komunikasi dan Motivasi di ratusan tempat di seluruh Indonesia dan belasan kota mancanegara.
Selama “tandem” itu, Ero menyaksikan langsung kiprah sang ayah menjalin jejaring komunikasi dan memotivasi ratusan ribu orang di berbagai daerah di kolong langit yang satu ini.
Aqua menyebut, selama itu pula Ero mendapatkan bekal “kartu ATM”, yakni kemampuan untuk “amati, tiru, dan modifikasi”.
Hingga akhirnya, Ero dapat membuktikan dirinya juga siap dan layak tampil di acara Sharing Komunikasi dan Motivasi yang selama ini menampilkan pembicara tunggal Dr Aqua Dwipayana.
Regenerasi Alami
Langkah Aqua dalam 'peluncuran' Ero ini dapat dianggap sebagai cara alami dalam regenerasi.
Rekrutmen dan kaderisasi alami akan melahirkan generasi tangguh secara fisik dan mental, tanggap membaca situasi, dan trengginas mengambil sikap dan tindakan dalam merespons perkembangan yang terjadi.
Seringkali dijumpai, dalam memilih bidang kerja atau profesi, sseseorang menempuh jalan pintas.
"Lebih memprihatinkan, orangtua “habis-habisan” mendukung jalan instan itu. Apa saja ditempuh asalkan si anak bisa masuk atau diterima," kata Aqua.
Alih-alih menyiapkan agar anak-anak mereka mampu bersaing memasuki dunia kerja/profesi dan jenjang pendidikan kedinasan/tinggi, kata dia, tidak sedikit yang justru berbekal kasak-kusuk cari sponsor, koneksi, katabelece atau bahkan main suap.