Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Nilai Ketuhanan Apakah yang Diterapkan oleh Petugas Pemadam Kebakaran? Jawaban Tema 7 Kelas 6 SD

Berikut pembahasan dan kunci jawaban Buku Tematik tema 7 kelas 6: tentang Pemimpin di Sekitarku halaman 46, 47, dan 49.

Penulis: Oktaviani Wahyu Widayanti
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in Nilai Ketuhanan Apakah yang Diterapkan oleh Petugas Pemadam Kebakaran? Jawaban Tema 7 Kelas 6 SD
Istimewa
Ilustrasi - Berikut pembahasan dan kunci jawaban Buku Tematik tema 7 kelas 6: tentang Pemimpin di Sekitarku halaman 46, 47, dan 49. 

TRIBUNNEWS.COM - Simak jawaban dari pertanyaan "Nilai Ketuhanan apakah yang diterapkan oleh petugas pemadam kebakaran?" pada buku tematik kelas 6 tema 7: Subtema 1, halaman 46, 47, dan 49 berikut ini.

Buku Tematik untuk kelas 6 SD/MI tema 7 ini mengangkat judul mengenai Kepemimpinan.

Buku Tema 7 Kelas 6 yang dibahas berikut ini merupakan Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi tahun 2017.

Berikut kunci jawaban dan pembahasan materi pembelajaran 6 buku tematik kelas 6.

ilustrasi Belajar dari Rumah
ilustrasi Belajar dari Rumah (Freepik)

Kunci Jawaban Halaman 46-47

Ayo Membaca

Komandan Damkar Meninggal saat Menyelamatkan Anak Buahnya

Berita Rekomendasi

Petugas pemadam kebakaran (damkar) bertaruh nyawa saat memadamkan api. Tak sedikit dari mereka yang meninggal saat berusaha memadamkan api. Seorang petugas pemadam kebakaran bernama Pak Saiful mengenang komandannya yang meninggal saat memadamkan kebakaran di Blok M sekitar tahun 2005.

Komandannya yang bernama Pak Subandi tersebut, saat itu terjebak kobaran api dan tidak dapat keluar. Selang air yang dibawa Pak Subandi terputus.

“Pak Subandi sempat melemparkan topi keluar sebagai kode bahwa dia sedang dalam bahaya. Namun, tiba-tiba api meledak dan mengenai tubuhnya,” ungkap Pak Saiful.

Pak Saiful menceritakan bahwa Pak Subandi merupakan seorang pemimpin yang sangat peduli dengan anak buahnya. Meninggalnya Pak Subandi di lokasi kebakaran itu pun karena dia berusaha menyelamatkan tim pemadam yang sedang terjebak di dalam gedung yang sedang terbakar.

Petugas pemadam kebakaran yang telah rela berkorban tersebut saat itu menjabat sebagai Kepala Sektor Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan. Pengorbanan Pak Subandi menjadi pelajaran dan motivasi untuk membangun semangat anak buahnya dalam menjalankan tugas.

Pak Suhada, seorang petugas pemadam kebakaran yang telah 30 tahun bertugas juga menceritakan pengalamannya. Banyak kejadian kritis yang sudah dia lewati selama menjalankan tugas.

“Kalau sudah di depan api, saya sering berpikir jangan-jangan hari ini saya mati. Tetapi alhamdulillah saya masih dikasih kesempatan hidup. Yang penting kita tulus menjalani tugas. Jangan banyak mengeluh,” kata Pak Suhada.

Pak Suhada menceritakan kalau kaki kirinya pernah melepuh terkena air panas saat memadamkan kebakaran di sebuah permukiman. Pak Suhada juga pernah terkena setrum dan runtuhan atap rumah.

Kondisi saat kebakaran sangat riuh. Sering pemadam tidak sempat memeriksa kabelkabel listrik yang berserakan. Maka, risiko tersetrum pun harus dia hadapi.

Ayo Berdiskusi

Diskusikan tugas-tugas berikut bersama kelompokmu. Tuliskan pokok-pokok pikiran dari bacaan “Komandan Damkar Meninggal saat Menyelamatkan Anak Buahnya”.

Jawaban:

  • Paragraf 1 : Petugas pemadam kebakaran (damkar) bertaruh nyawa saat memadamkan api
  • Paragraf 2 : Kronologis/peristiwa meninggalnya pak Subandi
  • Paragraf 3 : Pemimpin yang mampu menumbuhkan semangat anak buahnya
  • Paragraf 4 : Pengalaman pak Suhada dalam bertugas
  • Paragraf 5 : Tulus dan tanpa mengeluhnya pak Suhada dalam menjalankan tugas
  • Paragraf 6 : Resiko pekerjaan pak Suhada sebagai petugas pemadam kebakaran

1. Apa yang dapat kamu teladani dari petugas pemadam kebakaran?

Jawaban:

Berani dalam menjalankan tugas, selalu bekerja sama dalam tim, rela berkorban, tulus bertugas, pantang menyerah dalam memadamkan api/menolong korban, peduli dengan sesama.

2. Nilai Ketuhanan apakah yang diterapkan oleh petugas pemadam kebakaran?

Jawaban:

Berdoa sebelum bertugas, terus berdoa selama bertugas dan selalu bersyukur setelah melaksanakan tugas.

3. Nilai kemanusiaan apakah yang diterapkan oleh petugas pemadam kebakaran?

Jawaban:

Rela berkorban untuk orang lain, peduli dengan sesama, selalu berusaha menolong orang lain yang terkena musibah kebakaran

4. Apa yang dapat kamu lakukan dalam upaya ikut membantu lingkunganmu menerapkan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan?

Jawaban:

– Rajin beribadah
– Selalu berdoa dalam segala aktivitas
– Selalu bersyukur
– Menghormati dan menghargai baik dengan yang seagama maupun dengan yang berbeda agama
– Rela berkorban
– Menengok tetangga yang sakit/terkena musibah
– Suka menolong tanpa pamrih

Presentasikan hasil diskusimu di hadapan kelompok-kelompok lain dan Bapak/Ibu guru.

Baca juga: Kunci Jawaban Tema 6 Kelas 4 SD Halaman 95 96 99 100 101 Buku Tematik Cita-citaku Subtema 2

Baca juga: Kunci Jawaban Tema 6 Kelas 4 SD Halaman 35 38 39 41 43 44 Buku Tematik Subtema 1 Pembelajaran 4

Baca juga: Kunci Jawaban Tema 6 Kelas 5 SD Halaman 61 62 63 64 65 66 Tematik Subtema 1 Pembelajaran 6

Baca juga: Kunci Jawaban Tema 5 Kelas 3 SD Subtema 1 Pembelajaran 3 Halaman 20 21 23 24 Keadaan Cuaca

Soal dan Jawaban TVRI 23 Juli 2020 Tugas SD Kelas 1-3 dan Kelas 4-6 SD Belajar dari Rumah (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ENDRO)
ilustrasi Belajar dari Rumah (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ENDRO) (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ENDRO)

Kunci Jawaban halaman 49

Ayo Mengamati

Buku Tematik Halaman 46 - 49
Buku Tematik Halaman 46 - 49 (Buku Tematik)

Ayo Menulis

Apa judul lagu tersebut

Jawaban:

Gundul-gundul pacul.

Dari daerah mana asal lagu tersebut?

Jawaban:

Berasal dari Jateng/ Jawa Tengah.

Apa nada dasar yang digunakan pada lagu tersebut?

Jawaban:

Nada dasarnya adalah Do=C.

Apa tanda tempo yang digunakan pada lagu tersebut?

Jawaban:

Tanda tempo yang digunakan adalah 4/4 Moderato.

Apa arti tanda tempo tersebut?

Jawaban:

Arti dari tanda tempo tersebut adalah dinyanyikan dengan tempo sedang.

Ayo Bernyanyi

Berlatihlah menyanyikan lagu “Gundul Gundul Pacul”. Berlatihlah terus dan mengulang-ulanginya hingga kamu dapat bernyanyi dengan baik. Perhatikan pengucapan syair lagu agar jelas dan dipahami pendengar.

Nyanyikan lagu “Gundul Gundul Pacul” dengan nada dasar yang berbeda. Rasakan mana yang lebih nyaman bagimu untuk menyanyikannya.

Info
Gundul-Gundul Pacul’ adalah salah satu lagu daerah yang ditulis oleh Sunan Kalijaga pada tahun 1400-an. ‘Gundul-Gundul Pacul’ adalah lagu nasihat dari sang Wali bagi para pemimpin Jawa untuk mengutamakan kesejahteraan rakyatnya.

Arti gundul adalah kepala plontos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang, sementara rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Dengan demikian, gundul artinya adalah kehormatan yang tanpa mahkota.

Pacul adalah cangkul. Orang Jawa mengatakan bahwa pacul adalah papat kang ucul (“empat yang lepas”), dengan pengertian kemuliaan seseorang sangat tergantung kepada empat hal, yaitu cara orang tersebut menggunakan mata, hidung, telinga, dan mulutnya.

Jika empat hal itu lepas, kehormatan orang tersebut juga akan lepas. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat. Telinga digunakan untuk mendengar nasihat.

Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil. Gembelengan artinya “besar kepala, sombong, dan bermain-main” dalam menggunakan kehormatannya.

Dengan demikian, makna kalimat ini adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi pembawa pacul untuk mencangkul (mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya). Namun, orang yang sudah kehilangan empat indra tersebut akan berubah sikapnya menjadi congkak (gembelengan).

Nyunggi nyunggi wakul kul, gembelengan. Nyunggi wakul (membawa bakul di atas kepala) dilambangkan sebagai menjunjung amanah rakyat.

Namun, saat membawa bakul, sikapnya sombong hati (gembelengan). Wakul ngglimpang (bakul terguling) melambangkan amanah dari rakyat terjatuh, akibat sikap sombong saat membawa amanah tersebut.

Segane dadi sak ratan (nasinya jadi sehalaman) melambangkan hasil yang diperoleh menjadi berantakan dan sia-sia, tidak bisa dimakan lagi (tidak bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat).

*) Disclaimer: Kunci jawaban tersebut hanya sebagai panduan untuk orang tua mengoreksi jawaban anak.

(Tribunnews.com/Oktavia WW)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas