Yudisium, Dekan FKIP UMM Dorong Calon Wisudawan Bersiap Menjadi Pendidik Era Society 5.0
Dunia pendidikan harus selalu sigap beradaptasi dan memenuhi tuntutan zaman yang terus berubah dari era industri 4.0 menuju Era Society 5.0.
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Dunia pendidikan harus selalu sigap beradaptasi dan memenuhi tuntutan zaman yang terus berubah. Untuk saat ini, perubahan itu salah satunya adalah dari era industri 4.0 menuju Era Society 5.0.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang mengatakan, cepat atau lambat hal itulah yang akan dihadapi lulusan FKIP UMM, sehingga mau tidak mau mereka harus dengan segera mempersiapkan diri.
“Untuk saat ini memang belum, tapi itulah yang akan Saudara hadapi. Dan sebagai Sarjana Pendidikan, Saudara memiliki tanggung jawab yang besar dalam mempersiapkan masa depan bangsa Indonesia,” ungkap Dr. Poncojari Wahyono dalam gelaran Yudisium Periode I Tahun 2021, Kamis (25/02/2021).
Baca juga: Teknologi QR Code Digunakan di Prosesi Wisuda Kampus Ini, Diapresiasi Ketua MPR dan Dubes
Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa Era Society 5.0 pada dasarnya akan melengkapi era industri 4.0. Era revolusi industri 4.0 menuntut penguasaan teknologi dalam berbagai lini kehidupan.
“Salah satu produknya di dunia pendidikan adalah apa yang telah kita terapkan beberapa tahun terakhir ini, yakni blended learning,” ungkapnya.
Sejalan dengan itu, keterampilan 4C yang mencakup creative thinking, critical thinking and problem solving, communication, dan collaboration menjadi hal esensial yang dikembangkan dalam pendidikan di era revolusi industri 4.0.
Namun, kelemahannya adalah bahwa dominasi teknologi itu membuat nilai-nilai tidak secara optimal dapat ditransfer kepada peserta didik.
“Era revolusi industri 4.0 memang berdampak signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi untuk pengembangan hardskill dan softskill terutama nilai-nilai pada anak didik kita masih mengalami kelemahan. Itulah mengapa 5.0 ini melengkapi kekurangan tersebut karena mengetengahkan peran manusia di dalamnya,” pungkasnya.
Oleh karena itu, ia berpesan agar para calon wisudawan/wisudawati terus mengembangkan kompetensi yang telah diperolehnya selama menempuh pendisikan sarjana, baik melalui pendidikan profesi maupun kursus lainnya. Sehingga, mereka benar-benar siap dan mampu menjadi pendidik profesional di Era Society 5.0.
Yudisium kali ini meluluskan 148 calon wisudawan/wisudawati dari enam Prodi di lingkungan FKIP UMM.
Baca juga: Kemendikbud Kucurkan Dana BOS Rp 52 Triliun, Sebagian untuk Biayai Prokes Belajar Tatap Muka
“Lulusan Pendidikan Matematika 12 orang, Pendidikan Biologi 27 orang, Pendidikan Bahasa Indonesia 31 orang, PPKN 13 orang, Pendidikan Bahasa Inggris 25 orang, dan PGSD 40 orang,” ungkap Dr Sudiran, M.Hum, wakil Dekan I FKIP UMM.
Selain itu, yudisium yang dilangsungkan secara daring ini mengukuhkan Putri Ayu Irodah sebagai lulusan terbaik FKIP. Mahasiswa dari Prodi Pendidikan Biologi itu lulus dengan IPK nyaris sempurna, yakni 3,98, dengan masa studi 7 semester.
Dalam kesempatan ini pula, hadir sebagai pemateri alumni Prodi PGSD dan sekaligus alumni Program PPG Prajabatan Bersubsidi, Reza Ika Savitri, S.Pd., Gr. Reza berbagi pengalaman semasa menempuh studi di FKIP UMM, khususnya bagaimana FKIP UMM mengantarkannya pada cita-citanya sebagai seorang guru di tengah minimnya dukungan dari keluarga dan stereotipe terhadap perempuan karier.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa kompetensi sosial dan kepribadian tak kalah penting dibanding kompetensi pedagogi dan profesional. Ia pun berbagi tips bagaimana menjalani profesi sebagi guru di sekolah.
“Kita harus menjadi pendengar yang baik, berpikir kritis, tanggap atau responsif terhadap permasalahan yang dihadapi sekolah, dan santun kepada siapa saja, baik kepada atasan, sesama guru, murid, maupun wali murid,” pungkasnya.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)