FSGI Minta Pemda Tidak Buka Sekolah Jika Positivity Rate Covid-19 di Atas 5 Persen
Sekjen FSGI Heru Purnomo mengatakan langkah ini untuk melindungi warga pendidikan dari penularan Covid-19.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) meminta agar pemerintah daerah tidak segera membuka sekolah jika angka positif corona di wilayahnya masih tinggi.
Sekjen FSGI Heru Purnomo mengatakan langkah ini untuk melindungi warga pendidikan dari penularan Covid-19.
"FSGI mendorong pemerintah daerah tidak membuka sekolah atau madrasah pada Juli 2021 jika kasus covid atau positivity rate covid-19 lebih dari 5 persen," ujar Heru dalam webinar yang digelar FSGI, Senin (7/6/2021).
Baca juga: CEK Bantuan Token Listrik PLN Bulan Juni 2021, Keterangan Baru Stimulus Covid-19
Selain itu, Heru meminta pemerintah daerah tidak membuka PTM di sekolah atau madrasah hanya dengan pertimbangan gurunya sudah di vaksin.
Menurutnya, kekebalan kelompok belum terbentuk di sekolah ketika guru di vaksin. Sementara peserta didik belum divaksin, mengingat vaksin anak belum ada.
"FSGI mendorong Pemerintah daerah melibatkan Epidemiolog dan IDAI di daerahnya untuk meminta pertimbangan saat hendak memutuskan membuka madrasah atau sekolah tatap muka pada Juli 2021 nanti," tutur Heru.
Baca juga: Di Tubuh Wanita Ini Virus Covid-19 Bermutasi 32 Kali Selama 216 Hari
FSGI, kata Heru, juga mendorong Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bersama-sama mensosialisasikan kepada para pendidik untuk mau divaksinasi dan tidak mempercayai hoaks yang beredar bahwa vaksinasi covid-19 seolah membahayakan.
Selain itu, FSGI mendorong Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Provinsi, kabupaten, ota melakukan nota kesepahaman terkait pendamping sekolah dalam PTM.
Baca juga: Tambahan Kasus COVID-19 Harian Mencapai Angka Terendah, India Longgarkan Lockdown di Kota-kota Besar
"Dimana sekolah mendapat arahan dalam penyusunan protocol kesehatan atau SOP AKB di satuan pendidikan dan sekolah dapat mengakses layanan fasilitas kesehatan terdekat ketika ada situasi darurat," ungkap Heru.
Heru mengungkapkan temuan kasus warga sekolah yang suhunya di atas 37,3 derajat atau ada warga sekolah yang pingsan saat PTM berlangsung.