Mahasiswa UK Petra Sabet Penghargaan Honorary Mention di Asia Young Designer Awards 2020/21
Selain Marietta, Indonesia juga mengirimkan satu mahasiswi terbaik untuk kategori Desain Interior dari Universitas Pelita Harapan.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 23 mahasiswa-mahasiswi Arsitektur dan Desain Interior dari 13 Negara telah mengikuti kompetisi Asia Young Designer Awards (AYDA) Summit 2021.
Dalam kompetisi tersebut, mahasiswi Universitas Kristen Petra, Marietta Stefani, untuk kategori Arsitektur berhasil menyabet gelar Honorary Mention.
Selain Marietta, Indonesia juga mengirimkan satu mahasiswi terbaik untuk kategori Desain Interior yaitu Patricia Caitlyn dari Universitas Pelita Harapan.
Chief Executive Officer (CEO) Decorative Paints Nippon Paint Indonesia, Jon Tan pada malam penghargaan AYDA Summit menyatakan rasa bangga dengan karya yang sudah ditampilkan oleh Marieta dan Patricia.
Baca juga: Pemerintah Akan Libatkan Mahasiswa Tingkat Akhir dan Minta Dokter Diaspora Pulang Tangani Covid-19
Menurutnya, mereka telah berhasil membawa Indonesia di kancah Internasional dan mengalahkan 35.000 karya dari 13 negara lainnya.
Baca juga: Pandemi Covid-19 Mengganas, Wisuda Mahasiswa di Kampus i3L Digelar Virtual
"Ini menjadi poin penting dalam perjalanan kami ke depan. Kami berharap, pada AYDA selanjutnya semakin banyak karya yang masuk dan muncul sebagai pemenang dari Indonesia,” ujar Jon Tan, kepada wartawan, Selasa (13/7/2021)
Baca juga: Aktivis Malari: Masa Orde Baru, Mahasiswa Masih Bisa Kritik Pemerintah Lewat Karikatur
Marietta Stefani dengan karyanya yang berjudul 'Unsighted - Intertwining Multisensory Experience with Architecture' menampilkan perspektif manusia dengan penyandang tunanetra untuk dapat menikmati sebuah karya seni.
"Mata biasa digunakan manusia untuk melihat dan memahami segala sesuatu di dunia. Mata menjadi indra utama yang memiliki peran besar dalam membangun perspektif. Tanpa kita sadari hal umum dalam kehidupan sehari-hari ini ternyata memiliki dampak yang besar, terutama bagi kaum tunanetra," jelas Marietta.
Dia mengatakan, dalam proses spasial normal, manusia akan lebih peka terhadap informasi visual yang dapat menyebabkan okularsentrisme arsitektur. Lantas apa yang harus dilakukan oleh teman-teman tunanetra untuk dapat menikmati seni?
"Hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi bagi saya untuk menciptakan karya Unsighted," imbuhnya.
Marietta menjelaskan konsep Unsighted merupakan keseluruhan pengalaman multisensori, dengan menstimuli penggunaan indera-indera lain sebagai pengganti indera pengelihatan yang hilang.
Selain itu juga mengkomposisikan tekstur-tekstur, bunyi-bunyian, bau, dan suara-suara sebagai elemen pengarah yang dapat membantu pengunjung tunanetra memperoleh pengalaman penuh di sebuah galeri seni.
Ini dikombinasikan dengan elemen linear, kontinuitas, ritme, keteraturan dan landmark sesuai teori orientasi dan mobilitas yang digunakan tunanetra.
"Dengan adanya galeri seni ini diharapkan dapat memberikan pengalaman baru kepada penyandang tunanetra, untuk menegaskan kesetaraan bagi semua orang dan memberikan kesempatan kepada tunanetra untuk menunjukkan kemampuan yang mereka miliki," ujar Marietta.
Tahun ini kompetisi desain AYDA mengangkat tema 'Forward: Human-Centred Design', dimana menyiapkan panggung bagi calon desainer untuk menciptakan ruang yang sadar sosial sekaligus inovatif dan berkelanjutan.
Sibarani Sofian, juri untuk Kategori Arsitektur sekaligus pendiri dan Urban+ di Indonesia mengaku sangat terkesan dengan karya yang dirangkai oleh para peserta dan pemenang AYDA tahun ini.
"Saat ini kita akan ditantang untuk menciptakan desain dan ruang yang out-of-box yang mampu mendukung perdagangan dan komunitas dan mampu menahan banyak perubahan yang mungkin kita hadapi di masa depan," ujar Sibarani Sofian.
Jabeen Zacharias, salah satu juri untuk Kategori Desain Interior dan Chief Architect di Jabeen Zacharias Architects mengatakan, karya-karya mahasiswa yang masuk tahun ini jelas menunjukkan bahwa peserta lebih dari sekadar desainer dan mereka memahami sifat manusia serta konstruksi masyarakat modern.
"Kudos to Nippon Paint dan Asia Young Designer Awards karena telah menciptakan platform yang luar biasa bagi para kreatif muda," kata dia.
Dilaksanakan secara virtual, kompetisi tahun ini banyak memasukan interaksi digital mulai dari coaching session hingga pelaksanaan Upacara Penghargaan.