Mengenal Balaputradewa, Raja Kerajaan Sriwijaya serta Sejarah Kejayaan dan Peninggalannya
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaanya dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa
Penulis: Devi Rahma Syafira
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Balaputradewa adalah seorang raja di Kerajaan Sriwijaya sekitar tahun 850 M.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaanya dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa.
Balaputradewa berjuang membangun armada laut yang kuat.
Tindakannya bertujuan agar jalur pelayaran di wilayah Sriwijaya menjadi aman.
Banyak pedagang merasa aman ketika singgah.
Peningkatan ekonomi diperoleh dari pembayaran upeti, pajak, maupun keuntungan dari hasil perdagangan.
Dengan demikian, Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan yang besar dan makmur.
Baca juga: Mengenal Sri Maharaja Purnawarman, Raja di Kerajaan Tarumanegara beserta Prasasti Peninggalannya
Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai zaman keemasan.
Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya.
Pada tahun 990 M yang menjadi Raja Sriwijaya adalah Sri Sudamaniwarmadewa.
Pada masa pemerintahan raja itu terjadi serangan Raja Darmawangsa dari Jawa bagian Timur.
Akan tetapi, serangan itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya.
Sri Sudamaniwarmadewa kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Marawijayottunggawarman.
Pada masa pemerintahan Marawijayottunggawarman, Sriwijaya membina hubungan dengan Raja Rajaraya I dari Colamandala.
Pada masa itu, Sriwijaya terus mempertahankan kebesarannya.
Baca juga: Mengenal Hewan Mamalia, Dilengkapi dengan Ciri-ciri Mamalia, Anatomi Tubuh, dan Contoh Mamalia
Pada awal berkembangnya kerajaan Sriwijaya terjadi di abad ke-7 M.
Pada masa itu kepulauan Nusantara ramai dikunjungi oleh para pendatang dari Cina dan India.
Berdasarkan bukti artefaktual, hubungan antara Nusantara, Asia Tenggara, India, dan Cina sebenarnya telah terjadi sejak awal masehi.
Pada masa itu, seringkali digolongkan dengan zaman protosejarah, yaitu suatu periode antara masa prasejarah dan sejarah.
Dalam buku Sriwijaya, Sebuah Kejayaan Masa Lalu di Asia Tenggara, diterangkan kerajaan yang berpusat di Palembang itu merupakan kerajaan bercorak kebudayaan India tertua ke-3 setelah dua kerajaan sebelumnya pernah berkembang sekitar abad ke-4 M.
Dua kerajaan pendahulunya adalah Kerajaan Tarumanagara di Jawa Barat dan Kutai Kuno di Kalimantan Timur.
Prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh kerajaan Sriwijaya menggunakan bahasa Melayu Kuno.
Dengan hal itu, jelas menunjukkan adanya hubungan antara penguasa dan rakyat.
Sementara itu, prasasti-prasasti Tarumanagara dan Kutai Kuno masih menggunakan bahasa Sansekerta yaitu bahasa tingkat tinggi yang hanya dimiliki oleh kaum agamawan India Kuno.
Peninggalan Sriwijaya tersebar tidak hanya di wilayah Sumatra Selatan, namun juga terdapat di wilayah Jambi, Pulau Bangka, Lampung, wilayah Semenanjung Melayu, dan di daerah Thailand selatan .
Berdasarkan temuannya yang tersebar meluas, dapat diartikan jika Sriwijaya pada masanya telah mempunyai armada angkatan laut yang memadai.
Prasasti Kedukan Bukit yang dijuluki sebagai prasasti Proklamasi Kerajaan Sriwijaya menjadi tonggak pertama berdirinya Kerajaan Sriwijaya.
Sriwijaya resmi ditegakkan oleh Dapunta Hyang pada tanggal 16 Juni 682 M.
Berdasarkan cakupan pengaruhnya yang luas yaitu memintas laut dan selat, maka Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan bahari pada masanya.
Sriwijaya pernah mempersatukan Nusantara yaitu wilayah bagian barat Nusantara pada awal sebelum kerajaan-kerajaan besar lainnya berkembang.
Sementara itu, perdagangan di Nusantara muncul karena adanya kebutuhan rempah-rempah seperti pala, lada, dan cengkeh.
Melalui perdagangan tersebut terbentuklah jaringan pelayaran dan perdagangan antara Kanton, Sriwijaya, Jawa, dan Melayu.
Setelah dari Sriwijaya, selanjutnya para pedagang menuju ke Nusantara bagian timur, India, Persia, dan Arab.
Baca juga: Mengenal Proses Metabolisme Manusia, Hal yang Mempengaruhi hingga Cara Menjaganya
Baca juga: Mengenal Padi sebagai Makanan Pokok Masyarakat Indonesia, Berikut Tahap Pertumbuhannya
Jika ingin menuju Sriwijaya, para pelaut harus melewati Pulau Bangka yang terkenal dengan Bukit Menumbing.
Bukit Menumbing dijadikan pedoman oleh para pelaut untuk memasuki Sungai Musi karena terletak di mulut Sungai Musi yang menjadi jalan masuk ke lbukota Sriwijaya atau saat ini yang dikenal dengan Palembang.
Pada peta Mao K'un yang dibuat oleh Ma-huan sekitar awal abad ke-15, disebutkan nama Peng-chia Shan (shan= gunung).
Nama ini dapat diidentifikasikan dengan Bukit Menumbing yang terletak disebelah barat laut Pulau Bangka.
Hal itu, diberitakan oleh orang-orang asing yang pernah berkunjung ke Bangka dan Palembang (Sriwijaya) dan masih dapat disaksikan jika berlayar ke luar mulut Sungai Musi.
Di Selat Bangka akan tampak samar-samar pada arah timur laut sebuah bukit yang menonjol yang disebut Bukit Menumbing.
Sumber: (*) Buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Semester 1, Amurwani Dwi L., Restu Gunawan, Sardiman AM, Mestika Zed, Wahdini Purba, Wasino, dan Agus Mulyana (2014).
(*) Sriwijaya, Sebuah Kejayaan Masa Lalu di Asia Tenggara, Kemendikbud
(Tribunnews.com/Devi Rahma/Lanny)
Artikel Lain Terkait Materi Sekolah