Profil Soe Hok Gie, Aktivis dan Demonstran Indonesia yang Lantang Menentang Orde Lama dan Orde Baru
Berikut ini profil Soe Hok Gie & kronologi kematian di Gunung Semeru, aktivis dan demonstran Indonesia yang lantang menentang Orde Lama dan Orde Baru.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
Puncaknya yaitu setelah tragedi G30S pada 1965.
Pada 1966, demo besar-besaran dilakukan oleh para mahasiswa karena harga naik bus dari Rp 200 menjadi Rp 1000.
Soe Hok Gie berpendapat hal itu adalah pengalihan isu kemanusiaan G30S menjadi isu ekonomi.
Protes mahasiswa menghasilkan keputusan pembubaran PKI dan lengsernya Soekarno kemudian digantikan oleh Soeharto.
Soe Hok Gie menjadi Ketua SM FS-UI periode 1967-1968.
Pada 1 Januari 1969, Soe Hok Gie kembali turun ke jalan untuk protes kenaikan harga barang dan transportasi.
Rombongan demonstran bergerak menuju Sekretariat Negara yang berada di sebelah Istana Presiden.
Para mahasiswa menuntut untuk bertemu Chairul Shaleh yang dianggap sebagai dalang dibalik kenaikan harga.
Mereka juga mengkritik pemerintah dan kalangan menteri yang foya-foya sementara rakyat kelaparan.
Selain itu, praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) sedang marak terjadi di kalangan pemerintah.
Soe Hok Gie dan teman-temannya juga mengkritik pemerintah Orde Baru yang otoriter dan melarang rakyat mengutarakan pendapat.
Sayangnya, semangat dan aksi Soe Hok Gie yang membara berakhir pada 1969.
Kematian Soe Hok Gie tepat satu hari sebelum hari ulang tahunnya pada 17 Desember 1969.
Semasa hidupnya, Soe Hok Gie rajin menulis catatan sejak tahun 1957.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.