Profil Soe Hok Gie, Aktivis dan Demonstran Indonesia yang Lantang Menentang Orde Lama dan Orde Baru
Berikut ini profil Soe Hok Gie & kronologi kematian di Gunung Semeru, aktivis dan demonstran Indonesia yang lantang menentang Orde Lama dan Orde Baru.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
"Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian," tulis Soe Hok Gie dalam buku catatannya, setelah menghadiri pemakaman seorang kawannya yang meninggal.
Kalimat tersebut ditulis sebelum pendakian gunung Semeru.
Catatannya berakhir pada 8 Desember 1969, yaitu seminggu sebelum ia meninggal dan sembilan hari sebelum ulangtahunnya yang ke-27.
Sebelumnya, Soe berencana merayakan ulangtahunnya yang ke-27 di Gunung Semeru.
Baca juga: Mengenal 7 Pahlawan Revolusi Korban Pengkhianatan Gerakan 30 September, Berikut Sejarah Singkat G30S
Kronologi Tragedi Kematian Soe Hok Gie
Perjuangan Soe Hok Gie terus berlanjut, hingga ia merasa kian penat dengan situasi yang terjadi di Indonesia.
Dikutip dari laman ASTACALA, Universitas Telkom, pendakian dilakukan saat sore hari dengan gerimis dan kabut tebal.
Pada Desember 1969, Soe Hok Gie bersama teman-temannya mendaki gunung Semeru, gunung tertinggi di pulau Jawa.
Kelompok pendakian tersebut adalah Soe Hok Gie, Rudy Badil, Idhan Lubis, Aristides (Tides) Katoppo, Wiwiek A. Wiyana, A. Rachman (Maman), Herman O. Lantang dan almarhum Freddy Lasut.
Saat di puncak, teman Soe yang bernama Rudy terpaksa turun bersama Maman karena fisik mereka tidak kuat.
Rudy dan Maman menuruni Gunung Semeru sambil menutup hidung karena bau belerang sangat menusuk paru-paru.
Saat itu, Soe Hok Gie sedang duduk dengan kaki terlipat ke dada dan tangan menopang dagu, di tubir kecil sungai kering.
Sebelumnya, Tides dan Wiwiek telah turun terlebih dahulu.
Saat hendak menuruni Gunung Semeru, Rudy dan Maman juga berpapasan dengan Herman dan Idhan.
Total orang yang masih berada di puncak adalah Soe Hok Gie, Freddy, Herman, dan Idhan.
Mereka yang sudah sampai di tenda, menunggu Soe, Herman, Freddy, dan Idhan.
Namun, saat itu hanya Freddy yang tiba di tenda perkemahan.
Baca juga: BREAKING NEWS: Kakak Soe Hok Gie, Sosiolog Arief Budiman Meninggal Dunia, Dimakamkan di Salatiga
Freddy mengabarkan Soe dan Idhan kecelakaan, namun tidak menjelaskan secara detail keadaan mereka.
Tak lama kemudian, Herman juga turun.
Dia melapor pada teman-temannya jika Soe dan Idhan sudah tak sadarkan diri.
Tides mengatur penyelamatan. Ia turun gunung bersama Wiwiek menuju tepian (danau) Ranu Pane untuk mencari bantuan.
Sedangkan teman-teman yang masih berada di tenda menjaga Maman yang syok karena panik dan tergelincir ke jurang kecil.
Keesokan harinya, pada 17 Desember 1969, teman-teman yang tersisa memeriksa puncak Gunung Semeru.
Mengetahui Soe dan Idhan sudah tiada, mereka terpaksa menunggu bantuan dari Tides yang sebelumnya turun gunung.
Mereka yang tersisa di perkemahan terpaksa tidak makan selama tiga hari dan menunggu surat dari Tides, yang menanyakan keadaan Soe dan Idhan.
Rudy akhirnya turun gunung untuk mengantar surat balasan pada Tides.
Pada 22 Desember 1969, seluruh rombongan berkumpul di Malang, bersama jenazah Soe dan Idhan.
Sementara itu, Maman dirawat di RS Claket.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Soe Hok Gie
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.