Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bahasa Sunda: Sejarah, Jenis Huruf, Perkembangan, dan Pengaruh Bahasa Lain terhadap Bahasa Sunda

Bahasa Sunda merupakan bahasa yang diciptakan dan digunakan oleh orang Sunda untuk keperluan komunikasi dalam kehidupan mereka.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
zoom-in Bahasa Sunda: Sejarah, Jenis Huruf, Perkembangan, dan Pengaruh Bahasa Lain terhadap Bahasa Sunda
cagarbudaya.kemendikbud.go.id
Prasasti Ciaruteun merupakan prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara, di Bogor Jawa Barat. Prasasti ditulis dengan Bahasa Sunda Kuno. 

"Ini kawih panyaraman, pikawiheun ubar keueung, ngaranna pangwereg darma, ngawangun rasa sorangan, awakaneun sang sisya, nu huning S waka Darma."

Artinya, inilah Kidung nasihat, untuk dikawihkan sebagai obat rasa takut, namanya penggerak darma, untuk membangun rasa pribadi, untuk diamalkan sang siswa, yang paham Sewaka Darma.

Dari kedua contoh di atas, terlihat Bahasa Sunda pada masa itu banyak dimasuki kosakata dan dipengaruhi struktur Bahasa Sanskerta dari India.

Baca juga: Mengenal Pentingnya Bela Negara Dilengkapi Makna, Peraturan Perundang-undangan, dan Usahanya

2. Pengaruh Bahasa Arab

Setelah masyarakat Sunda mengenal dan menganut Agama Islam, mereka menegakkan kekuasaan Agama Islam di Cirebon dan Banten sejak akhir abad ke-16.

Hal ini merupakan bukti tertua masuknya kosakata Bahasa Arab ke dalam perbendaharaan kata Bahasa Sunda.

Di dalam naskah itu terdapat 4 kata yang berasal dari Bahasa Arab yaitu duniya, niyat, selam (Islam), dan tinja (istinja).

Berita Rekomendasi

Seiring dengan masuknya Agama Islam dalam segala aspek kehidupan masyarakat Sunda, kosa kata Bahasa Arab semakin banyak masuk kedalam perbendaharaan kata Bahasa Sunda.

Kata-kata masjid, salat, magrib, abdi, dan saum, misalnya telah dirasakan oleh orang Sunda dan tercermin pada perbendaharaan bahasanya sendiri.

3. Pengaruh Bahasa Jawa

Sebanyak 200 warga Kampung Jawi Sukorejo, Jalan Kalialang Lama RT02/RW01, Kelurahan Sukorejo, Gunungpati Kota Semarang mengadakan upacara bendera dengan mengenakan baju adat dan memakai bahasa jawa dalam pelaksanaan upacara peringatan Hut Republik Indonesia yang Ke-76, Selasa (17/8/21). Menurut Ketua Pokdarwis Kapung Jawi,  Siswanto tujuan diadakan upacara dengan mengenakan pakaian adat Jawa dan berbahasa Jawa adalah untuk mengenalkan generasi muda khususnya anak-anak tentang budaya Jawa dan berbahasa Jawa dengan baik. Semua warga yang mengikuti upacara bendera wajib mengenakan masker dan cek suhu badan. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)
Sebanyak 200 warga Kampung Jawi Sukorejo, Jalan Kalialang Lama RT02/RW01, Kelurahan Sukorejo, Gunungpati Kota Semarang mengadakan upacara bendera dengan mengenakan baju adat dan memakai bahasa jawa dalam pelaksanaan upacara peringatan Hut Republik Indonesia yang Ke-76, Selasa (17/8/21).(TRIBUN JATENG/TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA)

Selain itu, pengaruh Bahasa Jawa sebagai bahasa tetangga, sudah ada sejak Zaman Kerajaan Sunda, yang juga tercermin pada perbendaharaan bahasanya.

Pada abad ke-11, masyarakat menggunakan Bahasa dan Aksara Jawa dalam menuliskan Prasasti Cibadak di Sukabumi.

Selain itu, terdapat beberapa naskah kuno yang ditemukan di Tatar Sunda, yang ditulis dalam Bahasa Jawa, seperti Siwa Buda, Sanghyang Hayu.

Sedangkan pengaruh Bahasa Jawa dalam kehidupan berbahasa masyarakat Sunda terlihat sejak akhir abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-19, sebagai dampak pengaruh Mataram di tanah Sunda.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas