Pembelajaran Tatap Muka Tetap Dilanjutkan, Prokes Diminta Diperketat
Pemerintah akan kembali memulai proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pasca libur Lebaran
Editor: Choirul Arifin
"Di lab-nya juga masih diperiksa, masih pending, karena tidak semua laboratorium itu bisa kita lakukan (pemeriksaan), termasuk adenovirus itu juga tidak mudah untuk memeriksanya ya. Untuk saat ini belum dikeluarkan rekomendasi resminya untuk PTM dari segi kasus ini ya," ujar Dr. Muzal.
Sementara itu Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi juga belum berencana menghentikan proses pembelajaran tatap muka (PTM). "Tidak ada," ujar Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Ristek, Jumeri.
Jumeri juga mengaku terus berkonsultasi dengan Kementerian Kesehatan RI terkait perkembangan kasus hepatitis akut tersebut. Hasil konsultasi tersebut juga meminta agar seluruh satuan pendidikan lebih menguatkan protokol kesehatan bagi para peserta didik dan pengajar.
"Sesuai SKB empat menteri tentang pembelajaran selama pandemi covid," ujar Jumeri.
Anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo mengapresiasi langkah-langkah pemerintah dalam upaya mencegah penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya. Dia mengajak masyarakat mengikuti kebijakan pemerintah.
"Penunjukan Rumah Sakit Sulianti Saroso sebagai rumah sakit rujukan dan Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia sebagai tempat pemeriksaan spesimen sudah tepat dan kita ikuti," kata Rahmad.
Rahmad mengatakan hepatitis akut sudah menjadi penyakit luar biasa di berbagai negara. Di Indonesia pun terdeteksi sudah ada. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin sebelumnya menyebut sudah ada 15 kasus hepatitis akut di Indonesia.
Rahmad mengajak masyarakat tidak berasumsi terkait penyebab hepatitis akut. "Saya pikir kita serahkan ke ahlinya terkait penyebab dan bagaimana pengobatannya,"ujar Rahmad.
Menurutnya, keputusan pemerintah menerbitkan Surat Edaran Kewaspadaan ke dinas kesehatan di seluruh kabupaten/kota sudah tepat agar masyarakat tidak panik, namun terus meningkatkan kewaspadaan dan hati-hati. Masyarakat harus mempelajari gejala dan langkah pencegahan hepatitis akut.
"Ikuti anjuran pemerintah. Segera ke rumah sakit bila ada gejala berat terpapar hepatitis, agar potensi tertolong semakin besar," ujar Rahmad.
Kemenkes telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua minggu terakhir usai WHO menyatakan kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Penyebab penyakit ini masih dalam penelitian para ahli.
Di dunia maya sempat beredar informasi bahwa vaksin Covid-19 merupakan penyebab hepatitis akut. Kemenkes sudah membantah informasi tersebut.
"Itu tidak benar. Kejadian saat ini tidak ada bukti berhubungan dengan vaksinasi Covid-19," kata Lead Scientist kasus ini Hanifah Oswari.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga mengajak masyarakat mencegah penularan infeksi dengan rajin mencuci tangan pakai sabun atau cairan disinfektan.
Meminum air bersih yang matang, makan makanan bersih dan matang sepenuhnya, membuang tinja atau popok sekali pakai pada tempatnya. Gunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker, dan menjaga jarak. (Tribun Network/fit/fah/wly)