Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejarah Kapitan Pattimura alias Thomas Matulessy, Pahlawan Maluku di Era Penjajahan Belanda

Sejarah Kapitan Pattimura alias Thomas Matulessy, pahlawan Maluku di era penjajahan Belanda (VOC). Pattimura meninggal di usia ke 34 tahun.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Sejarah Kapitan Pattimura alias Thomas Matulessy, Pahlawan Maluku di Era Penjajahan Belanda
GStatic
Sejarah Kapitan Pattimura alias Thomas Matulessy, pahlawan Maluku di era penjajahan Belanda (VOC). Pattimura meninggal di usia ke 34 tahun. 

TRIBUNNEWS.COM - Kapitan Pattimura adalah pahlawan Indonesia yang berasal dari Maluku.

Pattimura memiliki nama lengkap Thomas Matulessy.

Sebutan Kapitan merupakan gelar kepangkatan yang digunakan oleh Belanda untuk menyebut pemimpin dalam satuan militer di tingkatan perwira.

Kapitan Pattimura lahir pada tanggal 8 Juni 1783 di Haria, Saparua, Maluku, Hindia Belanda, dikutip dari Gramedia.

Ayahnya bernama Antoni Matulessy yang merupakan anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy.

Kapitan Pattimura merupakan pahlawan dari keturunan bangsawan dari Nusa Ina atau Seram, yaitu Raja Sahulau.

Baca juga: Apa Tujuan Utama VOC di Indonesia? Tujuan Utama Ini Perlahan Menjadi Beberapa Tujuan Lain

Kerajaan yang dipimpin Raja Sahulau merupakan kerajaan yang berada di Teluk Seram Selatan.

BERITA TERKAIT

Kapitan Pattimura memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Yohanis.

Pattimura merupakan pahlawan Indonesia yang berjuang untuk daerah Maluku dalam melawan VOC Belanda.

Sebelumnya, ia pernah menjadi bagian dari sersan militer Inggris.

Perlawanan pada masa Belanda yang masih bersifat kedaerahan membuatnya kalah dari Belanda. 

Kapitan Pattimura meninggal pada tanggal 16 Desember 1817, tepat saat umurnya masih 34 tahun.

Meskipun Kapitan Pattimura telah wafat ratusan tahun yang lalu, akan tetapi nama dan perjuangannya tetap dikenang.

Kapitan Pattimura mendapatkan gelar kehormatan sebagai pahlawan pada tanggal 6 November 1973.

Gelar kehormatan pahlawan adalah gelar penghargaan tingkat tertinggi yang ada di Indonesia.

Baca juga: Jokowi: Ekspor Bahan Mentah Sudah Dilakukan Sejak Zaman VOC, Yang Menikmati Yang Punya Industri

Perlawanan Kapitan Pattimura

Kapitan Pattimura
Kapitan Pattimura (tangkap layar Buku Tematik Tema 5 Kelas 4 Halaman 77)

Perjuangan Kapitan Pattimura berlangsung selama penjajahan Belanda (VOC) sejak abad ke-17 dan 18.

Belanda melakukan praktik penindasan dalam bentuk monopoli perdagangan, pelayaran hongi, kerja paksa dan sebagainya, dikutip dari Kemdikbud.

Rakyat Maluku pada masa itu mengalami penderitaan, baik segi sosial ekonomi, politis dan segi sosial psikologis. 

Selama dua ratus tahun rakyat Maluku mengalami perpecahan dan kemiskinan.

Rakyat Maluku memproduksi cengkeh dan pala untuk pasar dunia.

Namun mayoritas masyarakat tidak ada keuntungan dari sisi ekonomi yang dirasakan.

Belanda justru menerapkan pajak berat berupa penyerahan wajib (Verplichte leverantien) dan contingenten serta blokade ekonomi yang mengisolasi rakyat Maluku dari pedagang-pedagang Indonesia lain. 

Sebelumnya, Maluku dijajah oleh Inggris pada tahun 1810 – 1817 dan berakhir pada tanggal 25 Maret 1817 saat Belanda kembali menguasai wilayah Maluku.

Rakyat Maluku menolak tegas kedatangan Belanda dengan membuat “Proklamasi Haria” yang disusun oleh Pattimura dan “Keberatan Hatawano”.

Belanda mulai menerapkan strateginya menguasai Maluku melalui Gubernur Van Middelkoop clan Residen Saparua Johannes Rudolf van der Berg.

Sejak itu, pecahlah perlawanan bersenjata rakyat Maluku.

Baca juga: Respons Kemlu RI Sikapi Permintaan Maaf PM Belanda Soal Kekejaman Masa Penjajahan

Pengukuhan Pattimura sebagai Kapitan

Peta Maluku wilayah perlawanan Kapitan Pattimura terhadap Belanda.
Peta Maluku wilayah perlawanan Kapitan Pattimura terhadap Belanda. (Kemdikbud)

Untuk mengatasi kondisi yang semakin tak terkendali, rakyat mengadakan musyawarah dan menyetujui Pattimura sebagai kapten besar yang memimpin perjuangan.

Pattimura dikukuhkan sebagai "Kapitan Besar" dalam rapat upacara adat di Baileu negeri Haria pada 7 Mei 1817.

Setelah dilantik sebagai kapten, Pattimura memilih beberapa orang pembantunya yang juga berjiwa ksatria, yaitu Anthoni Rhebok, Philips Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya dan Sarassa Sanaki, Martha Christina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu.

Kapitan Pattimura bersama Philips Latumahina dan Lucas Selano melakukan penyerbuan ke benteng Duurstede. 

Berita tentang jatuhnya benteng Duurstede ke tangan pasukan Pattimura dan pemusnahan orang-orang Belanda, menggoncangkan dan membingungkan pemerintah Belanda di kota Ambon.

Gubernur Van Middelkoop dan komisaris Engelhard mengutus militer yang besar ke Saparua di bawah pimpinan mayor Beetjes.

Ekspedisi tersebut kemudian disebut dengan ekspedisi Beetjes.

Mengetahui hal tersebut, dengan segera Kapitan Pattimura mengatur taktik dan strategi pertempuran.

Pasukan rakyat sekitar seribu orang diatur dalam pertahanan sepanjang pesisir mulai dari teluk Haria, sampai ke teluk Saparua.

Pattimura bersama pasukannya berhasil mengalahkan Beetjes dan tentaranya. 

Setelah penyerbuan pertama, kelompok Pattimura mengadakan rapat besar di Haria pada tanggal 20 Mei 1817 untuk membulatkan tekad melanjutkan perjuangan melawan Belanda.

Peringatan kebulatan tekad ini dikenal dengan nama Proklamasi Portho Haria yang berisi 14 pasal pernyataan dan ditandatangani oleh 21 Raja Patih dari pulau Saparua dan Nusalaut.

Proklamasi ini membangkitkan semangat juang yang mendorong tumbuhnya front-front pertempuran di berbagai tempat bahkan sampai ke Maluku Utara.

Kekalahan Pasukan Pattimura

Sebuah armada kuat yang dipimpin Overste de Groot menuju Saparua dengan tugas menjalankan vandalisme pada tanggal 4 Juli 1817.

Seluruh negeri di jazirah Hatawano dibumi hanguskan.

Pihak Belanda menjalankan siasat berunding, serangan mendadak, aksi vandalisme, dan adu domba dijalankan silih berganti.

Belanda juga melancarkan politik pengkhianatan terhadap Pattimura dan para pembantunya. 

Letnan Pietersen bersama beberapa pengkhianat berhasil menyergap Pattimura dan Philips Latumahina pada tanggal 11 November 1817.

Tokoh pejuang lainnya kemudian dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di Kota Ambon.

Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Kapitan Pattimura

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas