Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengenal Tradisi Rabu Kasan, Tradisi Lokal yang Membaur dengan Nilai Islam

Melalui kehadiran Islam, tradisi di Nusantara tersebut membaur dan dipengaruhi nilai-nilai Islam. Salah satunya adalah tradisi Rabu Kasan.

Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Mengenal Tradisi Rabu Kasan, Tradisi Lokal yang Membaur dengan Nilai Islam
Freepik
Ilustrasi belajar - Melalui kehadiran Islam, tradisi di Nusantara tersebut membaur dan dipengaruhi nilai-nilai Islam. Salah satunya adalah tradisi Rabu Kasan. 

TRIBUNNEWS.COM - Tradisi adalah kebiasaan atau adat istiadat yang dilakukan turun temurun oleh masyarakat.

Sebelum Islam datang, masyarakat Nusantara sudah mengenal berbagai kepercayaan dan memiliki beragam tradisi lokal.

Melalui kehadiran Islam maka kepercayaan dan tradisi di Nusantara tersebut membaur dan dipengaruhi nilai-nilai Islam.

Salah satunya adalah tradisi Rabu Kasan.

Tradisi Rabu Kasan dilaksanakan di Kabupaten Bangka setiap tahun, tepatnya pada hari rabu terakhir bulan Safar, dikutip dari Buku Pendidikan Agama Islam Kelas 9 SMP yang diterbitkan oleh Kemdikbud.

Hal ini sesuai dengan namanya, yakni Rabu Kasan berasal dari Kara Rabu Pungkasan (terakhir).

Baca juga: Perbedaan Haji dan Umrah yang Wajib Diketahui

Upacara Rabu Kasan sebenarnya tidak hanya dilakukan di Bangka saja, tetapi juga di daerah lain, seperti di Bogor Jawa Barat dan Gresik Jawa Timur.

BERITA REKOMENDASI

Pada dasarnya maksud dari tradisi ini sama, yaitu untuk memohon kepada Allah Swt. agar dijauhkan dari bala’ (musibah dan bencana).

Di Kabupaten Bangka, tradisi ini dipusatkan di desa Air Anyer, Kecamatan Merawang.

Sehari sebelum upacara Rabu Kasan di Bangka diadakan, semua penduduk telah menyiapkan segala keperluan upacara tersebut seperti ketupat tolak balak, air wafak, dan makanan untuk dimakan bersama pada hari Rabu esok hari.

Tepat pada hari Rabu Kasan, kira-kira pukul 07.00 WIB semua penduduk telah hadir di tempat upacara dengan membawa makanan dan ketupat tolak bala sebanyak jumlah keluarga masing-masing.

Acara diawali dengan berdirinya seseorang di depan pintu masjid dan menghadap keluar lalu mengumandangkan adzan.

Lalu disusul dengan pembacaan doa bersama-sama.

Selesai berdoa semua yang hadir menarik atau melepaskan anyaman ketupat tolak balak yang telah tersedia tadi, satu persatu menurut jumlah yang dibawa sambil menyebut nama keluarganya masing-masing.

Kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama.

Setelah itu, masing-masing pergi mengambil air wafak yang telah disediakan untuk semua anggota keluarganya.

Setelah selesai acara ini mereka pulang dan bersilahturahmi ke rumah tetangga atau keluarganya.

Materi Sekolah Lainnya

(Tribunnews.com, Widya)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas