Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Refleksi Hari Pendidikan Nasional, Apa yang Salah pada Pendidikan Karakter Kita?

Dunia pendidikan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam pembentukan karakter.

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Refleksi Hari Pendidikan Nasional, Apa yang Salah pada Pendidikan Karakter Kita?
Kemendikbudristek
Praktisi pendidikan Dr Novianty Elizabeth Ayuna menilai dunia pendidikan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam pembentukan karakter. Foto sebanyak 21 anak dari tiga sekolah adat menjadi peserta upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2023 di kantor Kemendikbudristek. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekolah sebagai institusi yang merupakan pemegang elemen penting dari pembentukan karakter generasi muda diharapkan lebih aktif menyikapi dan melihat permasalahan ini lebih komprehensif.

Hal ini menjadi kesimpulan dari diskusi khusus bertajuk “Apa yang Salah dengan Pendidikan Karakter?” pada momen Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei yang digagas oleh Sekolah Putra Pertiwi, di Tangerang Selatan,

Secara khusus, diskusi ini pada Senin, 8 Mei 2023 pekan lalu ini menyoroti fenomena perilaku semena-mena anak “pejabat” terhadap rekannya yang viral dan menjadi perhatian publik berfokus kepada permasalahan pendidikan karakter.




Sebut saja kasus yang terjadi di Jakarta dan Medan yang baru-baru ini viral.

Baca juga: Soroti Dugaan Pungli, Ketua DPR RI: Tidak Boleh Ada Pungli di Lingkungan Pendidikan Sekecil Apapun

Melihat fenomena itu, praktisi pendidikan Dr Novianty Elizabeth Ayuna SH MPd, melihat permasalahan tersebut harus diberi perhatian serius.

Dia menilai, dunia pendidikan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam pembentukan karakter.

Dijelaskan, sebagaimana ditegaskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ada tiga masalah besar terkait karakter dalam generasi muda kita termasuk yang masih berstatus peserta didik, yakni intoleransi, pelecehan (harassment) terutama seksual, dan perundungan atau biasa dikenal dengan istilah bullying.

BERITA TERKAIT

Soal permasalahan kekerasan fisik yang terjadi belakangan ini, Novianty mengatakan idealnya pendidikan itu berlangsung di tiga sentra, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

"Pemerintah melalui Kemendikbud hingga saat ini telah berusaha mengembangkan berbagai moda pembelajaran karakter termasuk membentuk satu unit khusus untuk itu. Akan tetapi saya melihat upaya Kemendikbud ini tidak diperkuat secara sinergis oleh kedua sentra pendidikan lainnya," ujar Kepala Sekolah Putra Pertiwi ini, dikutip Selasa (16/5/2023).

Dalam diskusi tersebut Novianty yang juga dosen di sebuah perguruan tinggi swasta itu membahas mengenai peran serta keluarga dan orang tua dalam proses tumbuh kembang anak terutama dalam permasalah pembentukan karakter.

Baca juga: Hardiknas 2023, MUI Soroti Peran Pemerintah Atasi Merebaknya Konten Pornografi di Medsos

Novianty melihat, kedua kasus perundungan yang terjadi di Jakarta dan Medan menunjukkan dengan sangat jelas tentang kegagalan pendidikan oleh keluarga.

Kedua kasus itu, kata dia, membuktikan betapa kurangnya kesempatan anak berkumpul dengan orang tua membangun keluarga sebagai miniatur masyarakat yang damai dan menerapkan nilai-nilai sosial yang positif.

"Keluarga yang lebih mengedepankan hidup mewah, anak dididik dengan suasana materialistik yang justru kontraproduktif dalam menanamkan nilai sosial yang luhur. Demikian juga dengan kasus di Medan. Bahkan orang tua yang merupakan penegak hukum memfasilitasi bullying oleh anaknya. Sangat ironis," imbuhnya.

Novianty melihat kelemahan pendidikan karakter bagi generasi muda disebabkan kurang berfungsinya sentra ketiga, yaitu masyarakat.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas