Materi Sekolah: Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
Simak materi terkait Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas 8 SMP/MTs.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Simak inilah materi tentang Mobilitas Sosial pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas 8 SMP/MTs.
Artikel ini hanya membahas terkait Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial.
Materi dalam artikel ini, dapat menjadi referensi atau panduan siswa dalam belajar.
Diketahui, setiap masyarakat memiliki kecenderungan mengalami mobilitas sosial yang berbeda-beda.
Ada masyarakat yang dengan cepat dan mudah mengalami mobilitas sosial, tetapi ada pula masyarakat yang cenderung sulit mengalami mobilitas sosial.
Selengkapnya, inilah faktor-faktor pendorong dan penghambat terjadinya mobilitas sosial.
Baca juga: Pengertian Mobilitas Sosial dan Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial
Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
1. Faktor Struktural
Struktur masyarakat Indonesia sangat terbuka. Orang miskin dapat mengalami mobilitas sosial setinggi-tingginya, bahkan menjadi presiden. Apabila kalian merupakan anak dari keluarga kurang mampu, jangan berkecil hati. Banyak contoh tokoh Indonesia yang berasal dari keluarga miskin.
Kalian tetap dapat mengejar cita-cita setinggi-tingginya karena mobilitas sosial masyarakat Indonesia bukan berdasarkan keturunan melainkan prestasi.
Keturunan memang memiliki peran penting dalam perjuangan mobilitas sosial. Anak orang kaya mudah untuk memperoleh modal usaha dibandingkan anak orang miskin. Namun, pada masa sekarang, banyak orang miskin yang menjadi kaya karena kegigihannya dalam berusaha. Demikian halnya banyak kasus orang kaya tiba-tiba miskin karena terlena dengan kekayaannya.
2. Faktor Individu
Setiap individu memiliki perbedaan dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dua orang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relatif setara belum tentu menjadi berhasil dalam melaksanakan mobilitas sosial ke atas. Hal ini disebabkan keberhasilan individu sangat ditentukan sikap dan perilaku individu tersebut.
Sebagai contoh, dua orang sarjana dari perguruan tinggi yang sama-sama melamar pekerjaan di suatu perusahaan. Hanya satu orang yang diterima karena dianggap memiliki ambisi dan komitmen dalam hidup.