Pendidikan Anak-anak Komunitas Pahlawan Daur Ulang Masih jadi Tantangan
Mereka juga mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan yang sangat dibutuhkan untuk masa depan generasi muda.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini pendidikan bagi anak-anak komunitas pahlawan daur ulang agar mereka mampu mandiri secara berkelanjutan masih menjadi tantangan.
Mereka juga mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan yang sangat dibutuhkan untuk masa depan generasi muda.
Wakil Ketua Yayasan Mahija Parahita Nusantara, Suharji Gasali mengatakan, kondisi yang dialami anak-anak komunitas pahlawan daur ulang dalam hal pendidikan ini perlu mendapatkan perhatian serius.
"Perlu upaya mengembangkan, mendukung dan menyediakan infrastruktur bagi komunitas pengumpul botol PET paska konsumsi untuk memastikan tingkat pendidikan yang lebih tinggi,” kata Suharji Gasali kepada wartawan, Jumat (22/12/2023).
Belum lama ini, yayasan itu menandatangani MoU terkait dukungan dana operasional dan pembangunan infrastruktur serta pelatihan dasar di lima sekolah non-formal yakni Air Care, Sekolah Belajar Oki, Sekolah Luminare-Domus, Sekolah Angkol, dan Swara Peduli di Jabodetabek.
Selain itu, kata Suharji, pemberian perhatian dalam pendidikan juga dimaksudkan membangun nilai dan karakter bagi generasi yang tangguh di masa depan bangsa.
Suharji mengatakan, langkah yang dilakukan yayasan yang dipimpinnya ini sesuai target pemerintah untuk memberikan kemerdekaan akses bagi masyarakat pra sejahtera kepada pendidikan yang layak.
"Kami menginisiasi adopsi sekolah, pemberian beasiswa, sekolah keliling serta menyediakan akses latihan kerja bagi anak-anak komunitas pahlawan daur ulang dan ditargetkan hingga tahun 2024, sebanyak lebih dari 4.000 siswa bisa mendapat manfaat program Membangun Harapan Indonesia," katanya.
Baca juga: Pemerintah Alokasikan Rp 1.060 Triliun untuk Bansos hingga Bantuan Pendidikan
Melalui dukungan ini, diharapkan bisa meningkatkan partisipasi peserta didik dalam setiap tingkat pendidikan karena memang jumlah peserta didik berkurang secara konsisten begitu peserta memasuki tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
"Kami juga berharap dapat membuka peluang untuk berkolaborasi dengan pelaku industri sehingga mampu membuka peluang kemitraan lainnya.” ungkapnya.
Sotar, perwakilan dari Sekolah KDM menyebut yang dilakukan yayasan nirlaba ini bukan hanya komitmen untuk mendukung sekolah non-formal. Bukan hanya dari sisi operasional, tetapi juga pengembangan infrastruktur dan sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendampingan.
"Diharapkan dukungan ini bisa meningkatkan partisipasi peserta didik dalam setiap tingkat pendidikan karena memang jumlah peserta didik berkurang secara konsisten begitu peserta memasuki tingkat pendidikan yang lebih tinggi," katanya.
Sehingga, kata Sotar dengan dukungan ini diharapklan dapat membuka peluang untuk berkolaborasi dengan pelaku industri sehingga mampu membuka peluang kemitraan lainnya.