Pengamat Pendidikan Khawatirkan Ketimpangan Gaji Guru dan Penerima Beasiswa di Luar Negeri
Ketiga capres dinilai belum membahas secara spesifik pendidikan yang mempersiapkan masyarakat, khususnya anak muda menuju Indonesia emas 2045
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
"Gaji guru tidak boleh kecil, karena pendidikan adalah investasi jangka panjang seperti yang dikatakan pak Anies, namun sebelum ke sana kita perlu meninjau pengalokasian dana pendidikan,” ujar Ali.
Ali berpandangan, alokasi yang baik harus mendahului bahasan tentang kebocoran dana seperti yang diungkapkan pak Prabowo, “yang tidak bocor saja persentasenya dananya tidak beres,” katanya.
“Bu Sri Mulyani juga kaget dana pendidikan 2023 sampe 600 triliun, tertinggi sepanjang sejarah, tapi orangtua para pelajar di jakarta, sebagai pemegang keputusan terkuat, lebih percaya sekolah swasta daripada negeri. Gal ini terlihat, anak anak berprestasi semua dari sekolah swasta bukan negeri, contohnya Mischka Devon bersekolah di Penabur Secondary Kelapa Gading," kata dia.
Sementara itu, terkait dana pendidikan, Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Andin Hadiyanto mengungkapkan target penerima beasiswa LPDP Kementerian Keuangan untuk periode 2023 naik menjadi 7.000 orang, atau bertambah 1.336 dari realisasi 2022 sebanyak 5.664 orang. Target ini bertambah seiring dengan adanya tambahan dana abadi mencapai sekitar Rp20 triliun pada 2022.
“Terkait dana pendidikan ini, saya punya cerita menarik, teman-teman saya yang mendapat dana LPDP untuk sekolah di Eropa dan Amerika, beberapa di antara mereka menggunakan dana ini untuk jalan-jalan, artinya dana ini berlebih,” kata Ali.
Ali menceritakan, teman dekatnya yang warga negara Belgia sewaktu ketika bertemu dengan temannya mahasiswa Indonesia yang sekolah di salah satu negara di Eropa.
“Teman saya yang asli orang Belgia bilang bahwa teman saya, mahasiswa Indonesia yang sekolah di Eropa menghabiskan waktu untuk jalan-jalan keliling Eropa selama 2 tahun sebanding dengan waktu 23 tahun teman saya yang asli orang Brussel, betapa miris saya mendengar celotehan ini,” ujar Ali.
Selanjutnya Ali menguraikan data total penerima beasiswa LPDP, menurutnya hingga 31 Desember 2022, ada 7.116 mahasiswa yang masih melanjutkan studi (ongoing). Rinciannya, 4.374 orang atau 61,47% menempuh studi di dalam negeri. Sedangkan, 2.742 orang atau 38,53% menempuh studi di luar negeri.
“Cetta Online Class mendukung program pemerintah, kita melalui Cetta English dan ElevaU berfokus pada English Speaking, dan persiapan IELTS, khususnya untuk persiapan LPDP, dan IISMA. Semua ini mendukung keberangkatan pemuda bangsa sekolah keluar negeri,” kata Ali.
Menurut Ali, tanpa kemampuan bahasa Inggris atau lebih spesifik tanpa mengantongi sertifikasi IELTS, sepintar apapun, kesempatan untuk berangkat hampir tidak ada, dan ditolak oleh LPDP.
“Saya mendukung, tapi agak miris mendengar pengalaman teman-teman yang lolos melalui LPDP, berbanding terbalik dengan kesejahteraan civitas pendidikan di Indonesia," ungkap Ali.
"Sangat tidak adil, ada 2700 lebih anak muda kita yang mendapat dana LPDP secara berlebih, bahkan sampai bisa keliling Eropa, sedangkan gaji guru di Indonesia bisa sampai membuat pak Ganjar, kaget, saking kecilnya,” ujar Ali.
Ali menegaskan, sekolah di luar negeri itu penting untuk peningkatan kualitas pendidikan SDM Indonesia, menjadi ujung tombak generasi bangsa, tapi menurutnya bukan berarti ujung tombak bangsa jadi terlalu bahagia.
“Sedangkan di dalam negeri kondisinya tidak bahagia, itu pincang namanya," ungkapnya.
"Satu hal data yang harus dicatat untuk tahun 2024 anggaran pendidik kita mencapai Rp665 triliun, angka ini berada di atas anggaran sektor perlindungan sosial yaitu Rp496,8 triliun dan sektor infrastruktur sebesar Rp423,4 triliun, ini luar biasa, sudah siapkah kita menjadi negara maju?” tutup Ali.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia