Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kunci Jawaban IPS Kelas 10 Halaman 156 157 Kurikulum Merdeka Edisi Revisi Aktivitas 3.7

Simak kunci jawaban mata pelajaran IPS Kelas 10 halaman 156 157 Kurikulum Merdeka Edisi Revisi yang ada pada Aktivitas 3.7.

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in Kunci Jawaban IPS Kelas 10 Halaman 156 157 Kurikulum Merdeka Edisi Revisi Aktivitas 3.7
Buku IPS Kelas 10 Kurikulum Merdeka Edisi Revisi
Berikut adalah kunci jawaban mata pelajaran IPS Kelas 10 halaman 156 157 Kurikulum Merdeka Edisi Revisi yang ada pada Aktivitas 3.7. 

Kesultanan Mataram

  • Didirikan: Akhir abad ke-16, sekitar tahun 1586, dengan Sultan Agung (reign 1613–1645) sebagai salah satu penguasa penting.

Kesultanan Gowa

  • Didirikan: Abad ke-16, dengan Sultan Alauddin (reign 1591–1639) sebagai salah satu sultan terkenal dalam penyebaran Islam di Sulawesi.

Kesultanan Tidore

  • Didirikan: Abad ke-15, bersamaan dengan Kesultanan Ternate, memainkan peran penting dalam Maluku.

5. Konsep Sinkronis

Pada saat kerajaan Islam pertama berdiri di Sumatra, kerajaan apa yang sedang berkuasa di Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi?

Hasil Analisis:

Ketika Kesultanan Aceh, kerajaan Islam pertama di Sumatra, berdiri pada akhir abad ke-15, berikut adalah keadaan politik di Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi:

Berita Rekomendasi

Jawa

  • Kesultanan Demak: Pada akhir abad ke-15, Kesultanan Demak merupakan kekuatan utama di Jawa. Kesultanan ini didirikan sekitar tahun 1475 dan menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa. Sultan pertama Demak adalah Raden Patah, yang memerintah hingga 1518. Kesultanan Demak adalah salah satu pusat utama penyebaran Islam di Jawa pada waktu itu.

Kalimantan

  • Kerajaan Kutai: Pada akhir abad ke-15, Kalimantan diwarnai oleh berbagai kerajaan dan kesultanan lokal. Salah satu yang signifikan adalah Kerajaan Kutai, yang merupakan salah satu kerajaan tertua di Kalimantan. Meskipun Kerajaan Kutai belum sepenuhnya terislamisasi pada waktu itu, pengaruh Islam mulai menyebar di pesisir Kalimantan melalui interaksi perdagangan dan penyebaran agama oleh pedagang Muslim.
  • Kesultanan Banjar: Meskipun Kesultanan Banjar belum didirikan pada akhir abad ke-15, kerajaan ini akan muncul pada pertengahan abad ke-16. Sultan Suriansyah, yang memerintah dari sekitar 1526, akan menjadi penguasa Islam pertama yang terkemuka di Kalimantan.

Sulawesi

  • Kesultanan Gowa dan Tallo: Pada akhir abad ke-15, Kesultanan Gowa dan Tallo di Sulawesi Selatan belum sepenuhnya terislamisasi. Kesultanan Gowa dan Tallo mulai menerima Islam pada awal abad ke-17. Pada akhir abad ke-15, wilayah ini masih dikuasai oleh kerajaan-kerajaan lokal yang sebagian besar menganut kepercayaan animisme dan tradisional.
  • Kerajaan Luwu: Kerajaan Luwu adalah salah satu kerajaan penting di Sulawesi pada akhir abad ke-15. Islam mulai masuk ke Sulawesi melalui interaksi perdagangan dengan Maluku dan wilayah lainnya, namun pengaruhnya belum sekuat di kemudian hari.

6. Konsep Sebab Akibat

Apa yang menyebabkan pengaruh Islam mudah diterima dan menyebar luas dalam masyarakat pada masa kerajaan?

Hasil Analisis:

Pendekatan Adaptif dan Inklusif

  • Integrasi Budaya: Ulama dan penyebar Islam di Nusantara seringkali mengadaptasi ajaran Islam dengan budaya lokal yang sudah ada. Mereka menggunakan pendekatan yang lembut dan inklusif, mengintegrasikan unsur-unsur budaya lokal dengan ajaran Islam untuk membuat agama ini lebih mudah diterima. Misalnya, festival-festival lokal sering kali diselaraskan dengan perayaan Islam.
  • Kesesuaian Sosial: Islam menawarkan prinsip-prinsip sosial dan etika yang dapat diterima oleh masyarakat lokal, seperti konsep keadilan, persaudaraan, dan kepedulian terhadap orang miskin, yang resonan dengan nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat.

Peran Ulama dan Wali

  • Wali Songo: Di Jawa, misalnya, Wali Songo (sembilan wali) berperan penting dalam penyebaran Islam dengan pendekatan dakwah yang menyentuh aspek kehidupan sehari-hari. Mereka menggunakan metode yang mudah dipahami dan diterima oleh masyarakat lokal.
  • Pendidikan dan Pesantren: Ulama mendirikan pesantren (lembaga pendidikan Islam) yang berfungsi sebagai pusat pendidikan dan dakwah, mendidik generasi baru dalam ajaran Islam dan membentuk jaringan penyebaran agama.

Perdagangan dan Ekonomi

  • Jalur Perdagangan: Pedagang Muslim dari Arab, Gujarat, dan Persia membawa Islam ke Nusantara melalui jalur perdagangan. Mereka tidak hanya membawa barang dagangan tetapi juga ajaran agama. Kota-kota pelabuhan menjadi pusat penyebaran Islam karena interaksi yang intens antara pedagang dan penduduk lokal.
  • Hubungan Ekonomi: Kesultanan-kesultanan Islam seringkali berperan sebagai pusat perdagangan dan ekonomi, menjadikan Islam sebagai bagian dari kehidupan ekonomi sehari-hari, yang membantu memperkuat penyebarannya.

Kekuatan dan Dukungan Kerajaan

  • Penerimaan oleh Penguasa: Banyak penguasa lokal yang menerima dan memeluk Islam. Contohnya, Sultan Ali Mughayat Syah di Aceh, Sultan Raden Patah di Demak, dan Sultan Agung di Mataram. Ketika penguasa menganut Islam, sering kali mereka mendukung penyebaran agama ini di kalangan rakyat mereka.
  • Legitimasi Politik: Islam memberikan legitimasi politik dan kekuatan pada kerajaan yang mengadopsinya. Penguasa Islam sering kali memperkuat kekuasaan mereka dengan mengadopsi Islam, yang mengarah pada pengakuan dan dukungan lebih luas dari masyarakat.

Jaringan Sosial dan Keluarga

  • Keluarga dan Hubungan Sosial: Penikahan antara pedagang Muslim dan keluarga lokal juga berperan dalam penyebaran Islam. Keluarga Muslim yang menetap di wilayah baru sering kali membawa ajaran Islam ke dalam masyarakat lokal.
  • Komunitas Muslim: Kehadiran komunitas Muslim di berbagai daerah membantu penyebaran Islam melalui interaksi sosial dan dukungan komunitas.

Pesan Moral dan Etika

  • Pesan Universal: Ajaran Islam tentang keadilan sosial, kebersihan, dan kepedulian terhadap orang miskin sering kali menarik perhatian masyarakat yang mungkin sudah memiliki nilai-nilai serupa dalam budaya mereka. Konsep-konsep ini dapat beresonansi dengan nilai-nilai lokal dan meningkatkan penerimaan.

7. Konsep Perubahan

Hal-hal apa saja yang mengalami perubahan dari pergantian masa kerajaan Hindu–Buddha menuju masa kerajaan Islam? Bagaimana kehidupan masyarakat pada masa kerajaan Islam dibandingkan masa sebelumnya?

Hasil Analisis:

Sistem Pemerintahan dan Struktur Politik

  • Masa Hindu-Buddha: Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha umumnya memiliki sistem pemerintahan yang terpusat dengan raja sebagai pemimpin tertinggi. Struktur politiknya sering kali didasarkan pada konsep divinitas raja dan sistem kasta, dengan pengaruh agama Hindu atau Buddha yang mendalam dalam politik dan pemerintahan.
  • Masa Islam: Sistem pemerintahan beralih ke model kesultanan dengan Sultan sebagai kepala negara. Sultan biasanya dianggap sebagai pemimpin politik dan spiritual yang diizinkan oleh syariat Islam. Sistem pemerintahan Islam lebih menekankan pada hukum syariah (hukum Islam) sebagai dasar peraturan dan keputusan pemerintahan.

Sistem Hukum dan Perundang-undangan

  • Masa Hindu-Buddha: Hukum dan perundang-undangan sering kali dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu atau Buddha, dengan fokus pada sistem hukum yang didasarkan pada kitab suci seperti Manusmriti dan hukum adat.
  • Masa Islam: Pada masa kerajaan Islam, sistem hukum beralih ke syariah Islam yang mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari hukum pidana hingga hukum keluarga dan ekonomi. Ini termasuk pengaturan tentang zakat, puasa, dan haji, serta norma-norma sosial yang mengatur kehidupan sehari-hari.

Agama dan Kepercayaan

  • Masa Hindu-Buddha: Kepercayaan utama adalah agama Hindu dan Buddha, dengan berbagai ritual, upacara, dan kepercayaan kosmologi yang berkisar pada dewa-dewa Hindu atau Buddha.
  • Masa Islam: Islam menjadi agama utama, mengubah praktik keagamaan, ritual, dan upacara. Praktik-praktik seperti salat, puasa Ramadan, zakat, dan haji menggantikan ritual Hindu dan Buddha. Selain itu, konsep monoteisme menggantikan politeisme yang umum dalam agama Hindu dan Buddha.

Arsitektur dan Seni

  • Masa Hindu-Buddha: Arsitektur pada masa ini termasuk pembangunan candi dan stupa yang megah, seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Seni dan patung sering menggambarkan dewa-dewa Hindu atau Buddha.
  • Masa Islam: Perubahan terjadi dalam arsitektur dan seni dengan pengaruh dari budaya Islam. Pembangunan masjid menggantikan candi, dan seni Islam menekankan pada ornamen geometris dan kaligrafi daripada patung atau representasi figuratif. Contoh arsitektur Islam di Nusantara termasuk Masjid Raya Baiturrahman di Aceh dan Masjid Agung Demak.

Ekonomi dan Perdagangan

  • Masa Hindu-Buddha: Ekonomi seringkali bergantung pada pertanian, perdagangan lokal, dan produksi barang-barang seni dan kerajinan. Jalur perdagangan maritim juga penting untuk interaksi dengan dunia luar.
  • Masa Islam: Penyebaran Islam memperkuat jaringan perdagangan internasional. Kesultanan Islam terlibat aktif dalam perdagangan rempah-rempah dan barang-barang lainnya di jalur perdagangan internasional, seperti jalur sutra dan jalur perdagangan maritim. Ini memperkuat hubungan ekonomi dengan dunia Islam dan pedagang dari Timur Tengah serta India.

Pendidikan dan Pengetahuan

  • Masa Hindu-Buddha: Pendidikan dan pengetahuan sering kali disebarkan melalui klenteng, gurukula (sekolah guru), dan manuskrip suci. Fokus utama adalah pada studi agama dan filsafat Hindu atau Buddha.
  • Masa Islam: Pendidikan menjadi lebih terstruktur dengan pendirian pesantren dan madrasah sebagai pusat pembelajaran agama dan pengetahuan umum. Pendidikan Islam mencakup studi tentang Al-Qur’an, hadis, fiqh (hukum Islam), dan ilmu pengetahuan lainnya.

Kehidupan Sosial dan Budaya

  • Masa Hindu-Buddha: Struktur sosial sering kali dipengaruhi oleh sistem kasta dalam masyarakat Hindu, dengan lapisan sosial yang jelas berdasarkan kasta.
  • Masa Islam: Struktur sosial menjadi lebih egaliter dengan penekanan pada persamaan di bawah hukum Islam, meskipun hierarki sosial tetap ada dalam bentuk struktur politik dan ekonomi. Kehidupan budaya juga berubah dengan pengaruh Islam dalam seni, musik, dan sastra.

Kehidupan Sehari-hari dan Tradisi

  • Masa Hindu-Buddha: Tradisi sehari-hari melibatkan ritual keagamaan yang berkisar pada agama Hindu atau Buddha, dengan berbagai festival dan upacara yang dipengaruhi oleh keyakinan tersebut.
  • Masa Islam: Kehidupan sehari-hari mulai dipengaruhi oleh praktik-praktik Islam seperti salat lima waktu, puasa Ramadan, dan perayaan Idul Fitri dan Idul Adha. Tradisi baru ini menjadi bagian dari kehidupan sosial dan budaya.

8. Konsep Keberlanjutan

Hal-hal apa saja yang dapat bertahan bahkan terus dilestarikan dari pergantian masa kerajaan Hindu–Buddha menuju masa kerajaan Islam?

Hasil Analisis:

Arsitektur dan Seni

  • Elemen Arsitektur: Beberapa elemen arsitektur Hindu-Buddha seperti tata letak candi dan desain ornamen masih dapat terlihat dalam bangunan-bangunan Islam. Misalnya, bentuk-bentuk arsitektur seperti menara atau struktur berbentuk kubah yang mengingatkan pada gaya bangunan Hindu-Buddha dapat terlihat dalam masjid-masjid di Nusantara.
  • Seni dan Ornamen: Seni ukir dan dekorasi dari masa Hindu-Buddha, termasuk motif-motif geometris dan floral, diadaptasi dalam seni Islam tanpa representasi figuratif. Kaligrafi dan ornamen Islam sering kali menggabungkan elemen-elemen artistik lokal yang memiliki akar Hindu-Buddha.

Tradisi dan Festival

  • Tradisi Lokal: Beberapa tradisi lokal yang berasal dari masa Hindu-Buddha, seperti upacara adat dan festival, mengalami penyesuaian dan masih dipertahankan. Misalnya, perayaan tradisional yang melibatkan tarian, musik, dan upacara lokal tetap ada tetapi disesuaikan dengan konteks Islam.
  • Festival Bersama: Beberapa festival yang awalnya berakar dari tradisi Hindu-Buddha diadaptasi menjadi acara yang merayakan budaya lokal yang diselaraskan dengan ajaran Islam, seperti upacara yang melibatkan masyarakat dan tradisi lokal.

Bahasa dan Sastra

  • Pengaruh Bahasa: Bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno yang digunakan dalam teks-teks Hindu-Buddha memengaruhi bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Banyak istilah dan kosakata dari periode Hindu-Buddha tetap digunakan dalam bahasa-bahasa ini.
  • Sastra Kuno: Karya sastra dari periode Hindu-Buddha, seperti naskah-naskah sejarah dan puisi, masih dipelajari dan dihargai. Meski banyak karya tersebut berasal dari masa lalu, mereka sering kali dianggap sebagai bagian dari warisan budaya yang berharga.

Struktur Sosial dan Organisasi Masyarakat

  • Kekerabatan dan Komunitas: Sistem kekerabatan dan struktur sosial dalam komunitas lokal, termasuk pola hubungan keluarga dan sistem kekerabatan, sering kali dipertahankan meskipun ada perubahan dalam struktur pemerintahan.
  • Organisasi Sosial: Beberapa lembaga sosial dan organisasi lokal yang memiliki akar Hindu-Buddha tetap ada, seperti lembaga-lembaga pendidikan dan pusat komunitas, meskipun disesuaikan dengan konteks Islam.

Pertanian dan Teknologi

  • Teknik Pertanian: Teknik pertanian tradisional yang dikembangkan pada masa Hindu-Buddha, seperti sistem irigasi dan pengolahan tanah, terus dipertahankan dan diterapkan pada masa kerajaan Islam.
  • Teknologi dan Kerajinan: Keterampilan kerajinan tangan, seperti pembuatan tekstil, tembikar, dan logam, yang berkembang pada masa Hindu-Buddha sering kali bertahan dan terus dilestarikan meskipun di bawah pengaruh budaya Islam.

Ritual dan Upacara Adat

  • Ritual Lokal: Ritual dan upacara adat yang berasal dari periode Hindu-Buddha sering kali dilestarikan dan diadaptasi dalam konteks Islam. Misalnya, beberapa ritual yang melibatkan elemen spiritual atau kebudayaan tetap ada dan disesuaikan dengan praktik Islam.
  • Adat Istiadat: Beberapa adat istiadat dan kebiasaan lokal tetap ada dan beradaptasi dengan ajaran Islam, mencerminkan sinergi antara tradisi lokal dan ajaran baru.

Gaya Hidup dan Makanan

  • Makanan Tradisional: Banyak jenis makanan dan resep tradisional dari masa Hindu-Buddha tetap ada dan dipertahankan dalam budaya lokal. Makanan khas lokal sering kali menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan acara-acara penting, meskipun ada penyesuaian untuk mematuhi aturan halal dalam Islam.
  • Gaya Hidup: Gaya hidup sehari-hari, termasuk cara berpakaian tradisional yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, sering kali dipertahankan dalam bentuk yang disesuaikan.

*) Disclaimer: Kunci jawaban di atas hanya sebagai panduan siswa dalam mengerjakan soal.

Tribunnews.com tidak bertanggung jawab atas segala bentuk kesalahan dalam jawaban di atas.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas