TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para pesilat Indonesia berhasil merebut 14 medali emas dalam Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Raihan tersebut menjadi torehan bersejarah sepanjang keikutsertaan Indonesia dalam pesta olahraga se-Asia.
Namun, semua itu tidak diperoleh dengan mudah mengingat para pesilat Indonesia yang diturunkan di Asian Games 2018 lebih dulu menjalani pemusatan pelatihan nasional (pelatnas) yang keras.
Selama berada dalam program pelatnas, mereka harus terbang ke China, Jepang, hingga berlatih di kandang sendiri, Padepokan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Baca: Ajak Jokowi dan Prabowo Berpelukan, Hanifan: Saya Ingin Mempererat Silaturahmi
Wakil Ketua Manager Timnas Pencak Silat Indonesia, Abdul Karim Aljufri menjelaskan kegiatan berlatih di luar negeri, selama kurang lebih lima bulan.
"Total lima bulan. Dua bulan di China, dua bulan di Jepang, sebulan, kami putar ke beberapa negara lain," ujarnya kepada Tribun, Rabu (29/8).
Untuk mencari suasana baru di luar tempat latihan, pesilat sempat merasakan latihan di sebuha asrama dekat kediaman Ketua Umum PB Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, di Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Beberapa pesilat harus menginap, dan lainnya harus pulang-pergi dari asrama ke Hambalang.
Karim mengungkapkan, Prabowo selaku Ketua Umum PB IPSI beberapa kali mengundang para atlet untuk tampil di rumahnya apabila ada tamu dari luar negeri.
"Iya kok. Biasa kalau anak-anak mau cari suasana baru karena bosan di Padepokan, ya kita main ke Hambalang. Di lapangan dekat rumah Pak Prabowo," katanya.
Selama berada di China dan Jepang, para pesilat justru dilatih oleh juara dunia beladiri lain, yakni Sanshou. Beladiri asal China yang bagi manajemen, hal itu perlu dilakukan agar pesilat mendapat banyak ilmu.
"Justru juara dunia beladiri Sanshou yang ajarin. Sama ada profesor ahli gerak yang ikut melatih mereka. Kita belajar sebanyak-banyaknya dari orang-orang ini," jelasnya.
Hasilnya, lanjut Abdul, sudah dapat dilihat oleh masyarakat hari ini dengan total 14 emas yang disumbangkan oleh Timnas Pencak Silat Indonesia. "Hasilnya, Insya Allah maksimal," tukasnya.
Sempat akan Merelakan Emas
Tanpa menyebutkan nama pesilat, Karim mengungkapkan sempat ada beberapa pesilat yang Indonesia yang menginginkan agar Pencak Silat dipertandingkan dalam Asian Games mendatang atau setidaknya Olimpiade di Tokyo 2020.
Dan mereka sudah siap untuk merelakan pundi-pundi raihan medali emas jika Pencak Silat tidak diikutkan sebagai cabang olahraga dalam ajang Asian Games di Jakarta dan Palembang.
"Iya dua, tiga bulan sebelum Asian Games, ada beberapa pesilat, tidak banyak, ingin merelakan emas. Supaya emas bisa terdistribusi ke negara-negara lain," ungkapnya.
Dia menjelaskan, apabila medali emas tidak disapu bersih oleh Indonesia, kemungkinan besar Pencak Silat akan dipertandingkan dalam Olimpiade. Alasannya, tidak hanya Indonesia yang memiliki kualitas untuk beladiri itu.
"Iya, ini kan bisa saja jadi ajang diplomasi untuk Asian Games berikutnya atau Olimpiade Tokyo," imbuhnya.
Namun, ketika Prabowo sebagai Ketua Umum PB IPSI mengatakan jika pemerintah telah melakukan upaya maksimal agar pencak silat bisa dimasukkan dalam cabang olahraga Asian Games 2018, maka para pesilat atau atlet tersebut kembali bersemangat dab optimistis.
"Tidak ada jaminan juga bisa dipertandingkan atau tidak? Jadi, hajar saja sekalian semuanya sekarang. Semangat anak-anak juga luar biasa. Kami siap sapu bersih medali emas di Silat," tegasnya.
Sementara mengenai kemungkinan akan dipertandingkannya Pencak Silat di ajang olahraga berikutnya, pemerintah dan IPSI sudah melakukan pendekatan tersebut jauh-jauh hari.
"Ini masih terus kami lakukan pendekatan. Jadi, ya mudah-mudahan bisa. Apabila ada negara yang ingin mempelajari Silat, kami akan siapkan pelatihnya untuk dikirim. Supaya Pencak Silat mendunia seperti beladiri lain," katanya. (tribun network/ryo/coz)