Nyaris Tertipu Produk Promosi
PARA pebisnis di Afrika Selatan (Afsel), benar-benar memanfaatkan situas
Editor: Toni Bramantoro
Bayangkan saja, tipikal makanan seperti T-Bone ataupun steak yang biasanya hanya ada pada kisaran di bawah 100 Rand, kini bisa meningkat menjadi 100 Rand-450 Rand atau sekitar Rp 130 ribu sampai Rp 585 ribu per paket. Alat transportasi juga sama, terutama bis kota, yang biasanya 5 Rand kini sudah berubah menjadi minimal 10 Rand.
Namun di sisi lain, ternyata masih ada juga yang berani memberikan keuntungan bagi konsumen, meski untuk langkah ini, bila sang pembeli kurang teliti bisa tertipu dengan harga yang sangat murah.
Bayangkan saja, di Indonesia atau negara manapun, tak kan ada harga-harga seperti ini, ponsel Nokia E75 hanya dibandrol 219 Rand atau Rp 284.700 per biji, lalu ada Sony Ericsson Satio yang hanya 259 Rand atau Rp 336.700, Nokia N97 (319 Rand atau Rp 414,700) atau bahkan Samsung innov8 i8510 (300 Rand atau Rp 390 ribu).
Di level Blackberry, konsumen juga bisa menemukan harga yang luar biasa murah. BB Bold 9700 dan Bold 9000 misalnya, hanya dipatok 429 Rand (Rp 557.700)!. Lalu ada laptop Fujitsu Esprimo V6535 dengan hanya 300 Rand atau Rp 390 ribu, sudah termasuk modem K3565!. Compaq Presario seri CQ61-205ei juga hanya 350 Rand atau Rp 455 ribu dengan bonus modem dan flashdisk berkapasitas 2 GB.
Itu belum seberapa, Acer edisi Ferrari One
F200 juga ditawarkan dengan harga 400 Rand atau Rp 520 ribu saja, sudah
termasuk modem koneksi internet.
Tapi tunggu dulu, semua itu seperti hanya jebakan saja agar konsumen
bisa memilih produk yang mereka tawarkan. Promosi tersebut biasanya
terdapat di mall-mall besar di kotar Pretoria, dan Johannesburg seperti
Brooklyn Mall, Menlyn Mall, Sandton Mall, Nelson Mandela Square dan
Melrose Arch.
Jika tidak teliti, konsumen pasti akan tertipu. Nyatanya, semua produk
dan harga tersebut adalah `jebakan' agar sang pembeli mau menggunakan
jasa sebuah operator. Kalau di Indonesia mungkin disebut bundling, namun
di sini sifatnya mengikat.
Artinya, sang konsumen akan dipaksa untuk
membayar sejumlah uang setiap bulan sampai waktu tertentu, biasanya dua
tahun, baru kemudian bisa memiliki utuh barang itu.
Sekilas seperti kredit, tapi sebenarnya ini hanya trik yang bila tak
dipahami, sang konsumen bisa berurusan dengan hukum.
Saat ditanya, seorang pengelola sebuah toko elektronik di kawasan
Midrand mengaku, apa yang mereka lakukan sudah sesuai dengan regulasi
perdaganan di Afsel.
"Kami tidak menipu, ini tawaran terbaik selama
piala dunia 2010. Kami jamin apa yang kita tawarkan adalah barang asli,
dan konsumen tinggal memilih yang mereka mau. Kami hanya membuat sistem
kontrak, dan konsumen sudah pasti akan menikmati hasilnya nanti," sebut
Phillips Leorenk.
Ia mengaku, sepanjang putaran final piala dunia ini, omzet penjualannya
memang naik drastis, hampir mencapai angka 400 persen. Sumbangsih
terbesar diperoleh dari penjualan Blackberry.
* NURFAHMI BUDI DARI AFRIKA SELATAN
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.