Laporan Wartawan Tribunnews.com, Deodatus Pradipto dari Nizhny Novgorod
TRIBUNNEWS.COM, NIZHNY NOVGOROD - Rabu (4/7/2018) malam, suhu udara di Kota Nizhny Novgorod, Rusia, sejuk cenderung dingin.
Berdasarkan pengukur suhu di telepon pintar saya, suhu udara mencapai 21 derajat Celcius.
Cukup dingin untuk ukuran orang Indonesia, terutama saat lupa mengenakan jaket.
Namun, bagi para pendukung Tim Nasional Uruguay dan Prancis, temperatur justru hangat.
Ya, mereka saling ledek di depan sebuah kafe di Jalan Bolshaya Pokrovskaya, sebuah pedestrian yang menjadi destinasi wisata populer di Nizhny Novgorod.
Ini berawal dari sekelompok pendukung Timnas Uruguay bernyanyi di depan kafe.
Mereka membentangkan spanduk, bernyanyi sekencang mungkin, sambil mengangkat gelas-gelas yang berisi bir.
Baca: Jelang Laga Uruguay vs Prancis: Persaingan Menuju Empat Besar
Aroma bir sangat tercium saat saya berada di dekat mereka.
Jumlah mereka banyak bila dibandingkan beberapa orang pendukung Timnas Prancis yang berada di depan mereka.
Namun demikian, pendukung-pendukung Les Bleus ini punya nyali besar.
Mereka tidak beranjak dan membalas ejekan-ejekan pendukung Timnas Uruguay.
Satu wujud ledekan mereka adalah ketika menyinggung Edinson Cavani, penyerang Timnas Uruguay.
Seorang pendukung Timnas Prancis memegang betis kanannya.
Pria itu kemudian berteriak, "Cavani, Cavani, Cavani."
Pendukung Timnas Uruguay kemudian membalas ejekan itu.
Mereka menggigit telapak tangan masing-masing.
Mereka berteriak, "Suarez, Suarez, Suarez."
Baca: Tonton Adu Penalti, Pendukung Timnas Inggris Ini Katupkan Tangan
Ini menyinggung tindakan kontoversial Luis Suarez terkait isu rasialisme kepada Patrice Evra, bek asal Prancis, beberapa tahun lalu.
Ejekan soal Edinson Cavani sangat tepat sasaran bagi pendukung Timnas Uruguay.
Ya, penyerang berjulukan El Matador itu hampir bisa dipastikan tidak akan bermain saat pertandingan babak perempat final Piala Dunia 2018 melawan Timnas Prancis di Nizhny Novgorod, Jumat (6/7/2018) sore waktu setempat atau Jumat malam WIB.
Edinson Cavani mengalami cedera otot betis saat pertandingan babak 16 besar melawan Timnas Portugal.
La Celeste, julukan Timnas Uruguay, tanpa Edinson Cavani ibarat sayur tanpa garam.
Demikian yang dikatakan Blaise Matuidi, gelandang Timnas Prancis.
Blaise Matuidi pernah bermain satu tim dengan Edinson Cavani di Paris Saint-Germain (PSG).
"Uruguay tanpa Cavani tidak sama. Tidak mudah menggantikan seorang penyerang terbaik di dunia. Ini kesulitan untuk mereka," ujar Blaise Matuidi seperti dikutip dari Daily Mail.
Si Matador, julukan Edinson Cavani, adalah pahlawan kemenangan La Celeste, julukan Timnas Uruguay, di babak 16 besar.
Mantan penggawa Napoli itu mencetak dua gol kemenangan La Celeste.
Baca: Demi Mudahkan Penonton, Pemerintah Bangun Stasiun Metro yang Langsung Terhubung dengan Stadion
Duetnya dengan Luis Suarez di lini depan Timnas Uruguay termasuk yang terbaik di dunia pada saat ini.
Edinson Cavani termasuk pemain tersubur yang pernah membela La Celeste.
Edinson Cavani telah mencetak 45 gol dari 105 penampilannya.
Edinson Cavani hanya kalah dari Luis Suarez yang telah mencetak 53 gol dari 102 penampilan.
Apa yang dikatakan oleh Blaise Matuidi ternyata tidak sejalan dengan apa yang dipikirkan oleh para pendukung La Celeste.
Adrian misalnya.
Pria asal Montevideo ini mengatakan, dengan atau tanpa Edinson Cavani pertandingan nanti akan tetap sama karena pertandingan ini berat untuk La Celeste dan Les Bleus.
"Meskipun kehadiran Cavani akan menjadi pembeda, tapi menurut saya akan tetap sama saja. Meski saya optimistis Uruguay akan menang, pertandingan nanti akan sulit, baik untuk Uruguay dan Prancis," kata Adrian.
Federico dan Martin, dua pendukung Timnas Uruguay lainnya, juga mengungkapkan optimisme seperti Adrian.
Mereka bahkan memprediksi La Celeste akan memiliki pemain lain yang bisa menggantikan Edinson Cavani.
Baca: Semarakkan Piala Dunia 2018, Pengunjung Bisa Gelar Resepsi Pernikahan di Fan Fest
Pemain itu adalah Christian Stuani.
"Skor 1-0 untuk Uruguay. Stuani akan bikin gol. Ingat nama itu, Stuani, nomor 11," ujar Federico yang saya temui di Jalan Bolshaya Pokrovskaya.
Nama Edinson Cavani begitu familiar di telinga pendukung Timnas Prancis.
Maklum, mantan pemain Napoli ini bermain di Prancis bersama PSG sejak 2013.
Edinson Cavani bahkan telah mencatatkan namanya dalam buku sejarah PSG sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa.
"Jangan sampai Cavani main. Dia pemain yang sangat berbahaya. Kami semua tahu siapa dia, tapi yang kami dengar dia mengalami cedera," ujar Arnold, pendukung Timnas Prancis asal Montpellier yang saya temui saat bersama beberapa pendukung asal Prancis lainnya.
Para pendukung Timnas Prancis juga optimistis tim kesayangan mereka mampu menyingkirkan Timnas Uruguay.
Ekspektasi mereka terhadap skuat asuhan Didier Deschamps begitu tinggi, terutama setelah dua tahun lalu mereka jadi runner-up Piala Eropa 2016.
"Kemungkinan kami menjadi juara sangat terbuka. Tapi untuk menuju ke final perjalanan kami tidak mudah. Di babak semifinal kami harus menyingkirkan Brasil, tapi laga melawan Uruguay juga tidak kalah sulit. Kesulitannya berbeda," kata Marco, pendukung Timnas Prancis asal Paris.
Para pemain Timnas Prancis harus berusaha maksimal saat melawan Timnas Uruguay nanti.
Baca: Ketika Para Bule Angkat Topi untuk Timnas Jepang
Para pendukung sepakat Timnas Prancis tidak tampil bagus di fase grup, namun membaik di fase gugur.
Ada satu pemain yang menanggung ekspektasi tinggi dari para pendukung Les Bleus.
Pemain itu adalah Antoine Griezmann.
Sejauh ini, Antoine Griezmann sudah mencetak dua gol di Piala Dunia 2018, namun semuanya tercipta melalui tendangan penalti.
"Kami berharap Griezmann tampil lebih dari sekadar itu. Kami ingin dia tampil lebih baik," kata Arnold.
Tantangan Antoine Griezmann adalah pertahanan Timnas Uruguay yang tangguh.
Gawang La Celeste baru kebobolan sekali dari empat pertandingan Piala Dunia 2018.
Baca: Valentina Pandu Pengunjung Pakai Yandex Translater
Mereka tak pernah kebobolan selama fase grup.
"Uruguay memiliki pertahanan yang sangat bagus. Kelemahan tim adalah ketika kami menghadapi tim-tim yang bermain defensif. Saat menyerang kita boleh mengekspos pertahanan kami, serta terus mencari ruang saat menyerang," ujar Arnold. (*)