Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Alasan Prabowo Utamakan Bahas Pelemahan Rupiah Ketimbang Timses

Kubu pemerintah dan Oposisi masing-masing menggelar pertemuan pada Jumat petang, (7/9/2018).

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Alasan Prabowo Utamakan Bahas Pelemahan Rupiah Ketimbang Timses
Tribunnews.com/Taufik Ismail
Prabowo Subianto dan tim pemenangan. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kubu pemerintah dan Oposisi masing-masing menggelar pertemuan pada Jumat petang, (7/9/2018).

Bedanya bila kubu Jokowi menggelar pertemuan membahas tim pemenangan, salah satunya mengumumkan Erick Thohir sebagai ketua Tim Kampanye, kubu Prabowo menggelar pertemuan membahas nilai tukar rupiah yang melemah terhadap Dolar Amerika.

Bakal Calon Presiden Prabowo Subianto memiliki alasan mengapa pihaknya menggelar pertemuan membahas kondisi ekonomi ketimbang Timses. Menurutnya melemahnya mata uang RI merupakan persoalan bangsa, sementara struktur Timses hanya persoalan teknis.

Baca: Gebyar Batik 2018 Merupakan Ajang Desainer Kulonprogo Ekspresikan Karyanya

"Jadi menurut saya masalah ekonomi ini adalah masalah bangsa. masalah tim sukses itu masalah teknis. Ini masalah fundamental bangsa yang muncul di mana-mana," ujar Prabowo dalam Konferensi Pers di Kediamannya, Jalan Kertanegara nomor IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat, (7/9/2018).

Menurut Prabowo pihaknya mengeluarkan pernyataan sikap soal kondisi rupaih atas permintaan berbagai kalangan. Banyak pihak menanyakan kepadanya dan Sandiaga Uno soal melemahnya Rupiah.

"Bagaimana Pak Prabowo masalah rupiah yang melemah Bagaimana Pak Sandi. Jadi kita ini kan sudah menjadi koalisi jadi atas saran dari berbagai pihak minta kepada saya untuk segera menyelenggarakan pertemuan ini. Pertemuan semacam ini untuk kita bahas secara ilmiah secara rasional keadaan yang dihadapi oleh rakyat kita sekarang," katanya.

Berita Rekomendasi

Pihaknya menurut Prabowo tidak mau asal bicara mengenai kondisi rupiah. Oleh karena itu ia mengumpulkan Parpol koalisi dan ahli ekonomi untuk merumuskan pandangan tersebut.

"Kita mau hati-hati kita mau tenang kita mau bertanggung jawab kita tidak mau grusak grusuk kita tidak mau bicara tanpa perhitungan. jadi dalam hal ini kita tadi punya pakar-pakar juga, kita punya pelaku-pelaku ekonomi ini kita kumpulkan sehingga kita hasilkan sikap seperti ini."

Dalam pernyatan politik yang dibacakan Sandiaga Uno tersebut, partai koalisi opoisi merasa prihatin dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar yang berlangsung berkpenjangan dalam sebulan terkahir. Pelemahan tersebut dinilai sangat memberatkan perekonomian Indonesia.

"Kami amat prihatin dengan melemahnya kurs rupiah yang berkepanjangan yang tentunya memberatkan perekonomian nasional khususnya rakyat kecil yang cepat atau lambat harus menanggung kenaikan harga harga kebutuhan pokok termasuk harga kebutuhar makanan sehari-hari rakyat kecil, seperti : Tahu Tempe," katanya.

Partai koalisi menilai bahwa melemahnya nilai tukar rupiah disebabkan oleh sejumlah faktor. Diantaranya yakni karena defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan.

"Serta sektor manufakturing yang menurun dan pertumbuhan sektor manufakturing yang di bawah pertumbuhan ekonomi. Sektor manufakturing yang pernah mencapai hampir 30% PDB pada tahun 1997, sekarang tinggal 19% PDB. Hal ini tentu mengganggu ketersediaan lapangan kerja dan ekspor kita," katanya.

Partai oposisi menilai Fundamental ekonomi sekarang ini sangat lemah. Lemahnya Fundamental ekonomi dikarenakan adanya kesalahan dalam menentukan orientasi pembangunan.

"Antara lain tidak berhasilnya pemerintah dalam mendayagunakan kekuatan ekonomi rakyat sehingga kebutuhan pangan semakin tergantung pada impor seperti Beras, Gula, Garam, Bawang Putih, dll," katanya.

Partai oposisi juga mengingatkan pemerintah agar waspada dalam mengambil langkah untuk mengatasi permasalahn ekonomi.

Pemerintah disarankan untuk Mendayagunakan ekonomi nasional untuk mengurangi impor pangan dan impor barang konsumsi yang tidak urgent, bersifat pemborosan, dan barang mewah yang ikut mendorong kenaikan harga harga bahan pokok.

"Mengurangi secara signifikan pengeluaran pengeluaran APBN & APBD yang bersifat konsumtif, seremonial, dan yang tidak mendorong penciptaan lapangan kerja," pungkas Sandiaga.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas