Pernyataan Politik Partai Oposisi Soal Melemahnya Nilai Tukar Rupiah
Pertemuan digelar di ruang tengah kediaman bakal Calon Presiden tersebut. Para pimpinan Parpol duduk dengan meja membentuk huruf U.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Politik oposisi, minus Demokrat menggelar pertemuan membahas soal ekonomi bangsa Indonesia terkini, khususnya pelemahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap Dollar Amerika.
Baca: Bagir Manan: Perkarakan Pemilu ke MK, Itu Tanda Belum Siap Kalah
Tiga pimpinan Parpol Gerindra, PKS, dan PAN hadir dalam pertemuan yang digelar di kediaman Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara nomor IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada, Jumat, (7/9/2018).
Pertemuan digelar di ruang tengah kediaman bakal Calon Presiden tersebut. Para pimpinan Parpol duduk dengan meja membentuk huruf U.
Tampak hadir Bakal Capresi-Cawapres yang diusung Parpol di luar koalisi pemerintah, yakni Prabowo-Sandiaga, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Presiden PKS Sohibul Iman, Sekjen Gerindra Ahamd Muzani, Sekjen PAN Eddy Soeparno, Ketua DPP PAN Yandri Susanto, Anggota Dewan Pembina Gerindra Fuad Bawazier dan Djoko Santoso, Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon, dan lainnya.
Pertemuan yang digelar sejak pukul 16.30 wib tersebut baru berakhir sekitar pukul 19.30 Wib. Pertemuan menghasilkan sebuah poin yang disusun menjadi "Pernyataan Politik Koalisi Prabowo-Sandi".
Dalam pernyatan politik yang dibacakan Sandiaga Uno tersebut, partai koalisi opoisi merasa prihatin dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar yang berlangsung berkpenjangan dalam sebulan terkahir. Pelemahan tersebut dinilai sangat memberatkan perekonomian Indonesia.
"Kami amat prihatin dengan melemahnya kurs rupiah yang berkepanjangan yang tentunya memberatkan perekonomian nasional khususnya rakyat kecil yang cepat atau lambat harus menanggung kenaikan harga harga kebutuhan pokok termasuk harga kebutuhar makanan sehari-hari rakyat kecil, seperti : Tahu Tempe," katanya.
Partai koalisi menilai bahwa melemahnya nilai tukar rupiah disebabkan oleh sejumlah faktor. Diantaranya yakni karena defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan.
"Serta sektor manufakturing yang menurun dan pertumbuhan sektor manufakturing yang di bawah pertumbuhan ekonomi. Sektor manufakturing yang pernah mencapai hampir 30% PDB pada tahun 1997, sekarang tinggal 19% PDB. Hal ini tentu mengganggu ketersediaan lapangan kerja dan ekspor kita," katanya.
Partai oposisi menilai Fundamental ekonomi sekarang ini sangat lemah. Lemahnya Fundamental ekonomi dikarenakan adanya kesalahan dalam menentukan orientasi pembangunan.
"Antara lain tidak berhasilnya pemerintah dalam mendayagunakan kekuatan ekonomi rakyat sehingga kebutuhan pangan semakin tergantung pada impor seperti Beras, Gula, Garam, Bawang Putih, dll," katanya.
Partai oposisi juga mengingatkan pemerintah agar waspada dalam mengambil langkah untuk mengatasi permasalahn ekonomi.
Pemerintah disarankan untuk Mendayagunakan ekonomi nasional untuk mengurangi impor pangan dan impor barang konsumsi yang tidak urgent, bersifat pemborosan, dan barang mewah yang ikut mendorong kenaikan harga harga bahan pokok.
"Mengurangi secara signifikan pengeluaran pengeluaran APBN & APBD yang bersifat konsumtif, seremonial, dan yang tidak mendorong penciptaan lapangan kerja," pungkas Sandiaga.