Dirinya Disebut Cuma Jadi ''Alat Politik'', Kiai Ma'ruf: Itu Kejam dan Kebangetan
"Sebenarnya Jokowi bisa memilih bukan Kiai, bisa memilih politisi, tapi pak Jokowi memilih saya, Kiai dan santri berarti Jokowi mencintai ulama..."
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, TASIKMALAYA - Calon Wakil Presiden nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin menampik isu bahwa dirinya hanya dijadikan alat politik bagi pasangannya Joko Widodo.
Ma'ruf sebut tuduhan itu kejam dan 'kebangetan'.
Baca: Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Menteri Pertahanan RI Hadiri Malam Bahasa dan Budaya Internasional
"Ada yang bilang Kiai Maruf ini hanya sebagai alat saja, ini isu yang kejam. Masa kita sebagai alat, kebangetan itu maka jangan didengar," kata Ma'ruf saat memberikan sambutan dihadapan ribuan alim ulama dalam acara Holaqah Alim Ulama dan Silaturahmi Pengasuh Pondok Pesantren Se-Jawa Barat, di Ponpes Cipasung Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (22/10/2018).
Pria yang pernah menjabat sebagari Rais Aam atau pemimpin tertinggi di organisasi PBNU itu mengaku heran dengan tuduhan tersebut.
Dia pun mengatakan kepada masyarakat yang merasa terpengaruh untuk tidak mendengarkan isu murahan seperti itu.
"Mosok Rais Aam bisa jadi alat, itu jangan didengar," jelasnya.
Ma'ruf pun menjelaskan dirinya bukan orang awam di dunia politik. Sebab tercatat dia turun ke politik sejak 20 tahun lalu dengan menjadi anggota DPR RI, anggota DPRD DKI, dan Watimpres hingga dua periode 2007 - 2010, 2010 - 2014.
Ketua MUI nonaktif itupun mengatakan sebetulnya Jokowi bisa saja memilih pendamping di pilpres 2019 bukan dari golongan Kiai, melainkan politisi.
Kenyataannya, keputusan Jokowi memilih kalangan Kiai harus dihormati. Hal tersebut secara langsung menunjukan bahwa terpilihnya Ma'ruf sebagai pendamping calon petahana, dapat bermakna Jokowi mencintai ulama dan para santri.
"Sebenarnya Jokowi bisa memilih bukan Kiai, bisa memilih politisi, tapi pak Jokowi memilih saya, Kiai dan santri berarti Jokowi mencintai ulama, mencintai santri," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Ma'ruf pun menyebut bahwa menjadi santri itu harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi, punya keyakinan, dan punya tekad untuk menjadi apa yang di inginkan.
Sama seperti dirinya yang berangkat dari seorang Kiai namun kini mendarat sebagai Cawapres di pilpres 2019.
"Harus bisa jadi apa saja. Bisa jadi Kiai, pengusaha, wali kota, politisi, bupati, bisa jadi cawapres seperti saya. Bisa jadi presiden seperti gus Dur," ujar Ma'ruf.
Dia pun tak lupa untuk mengajak para ulama mengambil peran dalam kehidupan membangun negara, menjaga agama dan negara serta membangun kemaslahatan berbangsa dan bernegara.
"Saya ajak ulama mengambil peran di dalam kehidupan membangun negara, menjaga agama, menjaga negara, dan membangun kemaslahatan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," pungkasnya.