JK: Kampanye Pilpres 2019 Berbeda dari Kampanye Sebelumnya
Sementara saat ini, menurut JK, kampanye yang lebih efektif dapat melalui debat adu argumen, media sosial (medsos), hingga door to door.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi- KH Ma'ruf Amin, Jusuf Kalla (JK) mengatakan kampanye Pilpres 2019 jauh berbeda dari kampanye pada pilpres sebelumnya.
JK menjelaskan kampanye zaman dulu identik dengan cara mengerahkan massa.
Baca: Saudi tolak ekstradisi terduga pembunuh, tunangan Khashoggi tolak undangan Trump
Sementara saat ini, menurut JK, kampanye yang lebih efektif dapat melalui debat adu argumen, media sosial (medsos), hingga door to door.
"Kalau zaman dulu setiap pemilu itu yang paling penting pengerahan massa. Sekarang yang paling penting adalah debat, medsos, juga door to door jadi lebih banyak," ucapnya dalam pidato pembukaan di Rakernas TKN Jokowi- KH Ma'ruf Amin di Hotel Empire Palace, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (27/10/2018).
Wakil Presiden RI itu menganggap rapat atau kampanye akbar sudah tak terlalu efektif.
Selain itu, menurut JK, berkampanye dengan memberikan pemahaman visi-misi paslon capres- cawapres ke masyarakat jauh lebih bermanfaat dari pada harus berkampanye dengan menyebarkan stiker dan kaus.
"Kalau dulu kita selalu siap dengan rapat akbar sekarang hampir tidak ada. Terus kalau dulu selama kuat-kuatan saja, selama kita cetak kaus banyak, stiker tapi sekarang lebih dibutuhkan banyak dialog lebih banyak pengetahuan," tegasnya.
"Karena itu harus banyak bahan yang harus diketahui dan tentu visi-misi yang harus diketahui betul," lanjutnya.
Dia pun mendorong semua pihak untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman pada Pilpres 2019.
Terlebih semua aturan dalam pemilu telah diatur oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) sehingga penyelenggaraan pemilu menjadi lebih sulit.
"Zaman dulu zaman 5 tahun saja semua calon dapat membuat baliho sebanyak-banyaknya sehingga pohon-pohon dipaku di mana-mana diberikan gambar-gambar sekarang tidak kelihatan lagi karena diatur oleh KPU. Semua berubah," ujarnya.
"Artinya ialah bisa lebih sulit walaupun tentunya juga prosesnya dibantu oleh pemerintah ini proses-proses yang berbeda," tandasnya.