Pengamat Sebut Politik Olok-olok Saat Kampanye Timbulkan Kegaduhan dan Tak Mencerdaskan
Di antaranya seperti pernyataan capres 01 Jokowi yang menyebut politikus sontoloyo, politikus genderuwo.
Penulis: Reza Deni
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti politik dari Explosit Strategic, Arif Susanto menilai dua bulan perhelatan kampanye politik saat ini menyisakan persoalan yang pelik.
Hal tersebut ia soroti dengan munculnya kampanye politik yang mengolok-olok.
Di antaranya seperti pernyataan capres 01 Jokowi yang menyebut politikus sontoloyo, politikus genderuwo. Kemudian juga pernyataan KH. Ma'ruf Amin yang mengeluarkan statement budek dan buta.
Di kubu lawan, cawapres nomor urut 02 Sandiaga melontarkan kalimat seperti 'tempe setipis ATM', 'harga chicken rice di Jakarta lebih mahal daripada di Singapura', dan kemudian melakukan adegan-adegan kontroversial salah satunya melangkahi makam pendiri NU.
"Masa kampanye lebih banyak diisi olok-olok politik antar-kontestan, yang menghasilkan kegaduhan dan tidak mencerdaskan, padahal disebut oleh UU Pemilu bahwa kampanye merupakan bagian dari pendidikan politik," ujarnya dalam diskusi "Kampanye Nyinyir dan Gugat-Menggugat di Tahun Politik”, di D Hotel, Jakarta Pusat, Rabu (21/11/2018).
Baca: Hasil Pemeriksaan Ponsel Ahmad Dhani Keluar Pekan Ini
Arif melihat masing-masing kubu baik pendukung Jokowi-Ma'ruf maupun Prabowo-Sandiaga saling menjatuhkan satu dengan yang lainya.
"Penyampaian pesan-pesan superfisial, yang cenderung dangkal, tidak substansial, bahkan cenderung mengada-ada. Kemudian pesan-pesan emosional yang menunjukkan kegeraman atau mengarah pada agitasi," ujarnya.
Selain itu, Arief juga mengatakan gaya politik dengan mengolok - olok, terlihat sangat minim ketima saat menyampaikan narasi. Sehingga hanya fokus dalam memukul lawan politiknya.
"Kritik yang tidak disertai data akurat, sekadar untuk memukul lawan. Dan insinuasi untuk menyinggung lawan lewat pesan-pesan yang sumir," pungkasnya.