Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ma'ruf Amin Ditanya Pendapatnya soal Penceramah Tak Santun

Ma'ruf Amin menerima tamu dari kalangan milenial di kediamannya, Rumah Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/12/2018).

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Ma'ruf Amin Ditanya Pendapatnya soal Penceramah Tak Santun
WARTA KOTA/henry lopulalan
DUKUNGAN REMAJA-Calon wakil presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin sedang pidato politik usai Relawan Milenial Jokowi-Ma'ruf Amin (REMAJA) pernyataan dukungannya di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (25/11/2018). Remaja satu dari sekian banyak dukungan kaum melinial kepada calon presiden no urut 01.-Warta Kota/henry lopulalan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon wakil presiden 01 Kiai Ma'ruf Amin menerima tamu dari kalangan milenial di kediamannya, Rumah Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/12/2018).

Saat pertemuan itu, kalangan milenial curhat kepada Kiai Ma'ruf.

Mereka merasa resah dengan keberadaan ulama dan penceramah yang kerap tidak santun.

Hal itu menjadi salah satu hal yang dikonsultasikan Relawan Milenial Jokowi-Ma'ruf (Remaja) kepada Ma'ruf Amin 01.

"Ulama itu kan tugasnya membimbing ummat. Nah untuk yang tidak santun juga banyak. Bagaimana pendapat Abah soal itu?" tanya seorang anggota Remaja kepada Ma'ruf.

Ma'ruf menerangkan, bahwa ada ulama yang kerapa memaki-maki. Ia menyebutnya dengan Al Makiyun.

Baca: Gerindra: Pernyataan Prabowo Indonesia Akan Punah Bukan untuk Menakuti Rakyat

Ma'ruf berpandangan, hal itu sudah menyimpang dari tugas keulamaan.

Berita Rekomendasi

"Memang ada ulama sekarang namanya 'Almakiun'. Bukan ahli Mekah. Ahli maki-maki gitu kan. Sampai mimbar Jum'at itu dijadikan tempat untuk memaki-maki. Itu sudah menyimpang dari tugas keulamaan," ujar Ma'ruf mengawali penjelasannya.

Ma'ruf menerangkan, seorang ulama adalah sosok yang menuntun ummat ke jalan Tuhan.

Menurut Ma'ruf harus dilakukan dengan bijaksana. Seorang ulama memberi nasihat dengan baik, bukan dengan memaki-maki.

"Andai saja harus berdebat, berdebatlah dengan cara yang terbaik. Bukan yang 'mentang-mentang', ngotot. Berdebat dengan argumentasi kuat," tutur Ma'ruf.

Seorang ulama, kata Ma'ruf, harus memberikan nasihat, tapi tidak dengan cara memaki-maki atau mengejek. Karena itu dapat menyakiti hati orang lain.

"Kalau cara mengajak orang dengan memaki-maki, mengejek, dengan menyakiti, itu tak ada tuntunannya dari agama. Itu mungkin karena nafsunya, egonya, sehingga dia melampaui apa yang seharusnya sebagai ulama," tutur Ma'ruf.

Dia mengaku, seandainya menjadi wakil presiden, akan mencari cara agar ulama tak memaki-maki. Sehingga bisa menjadi ulama yang bisa menjadi contoh bagi ummat. Seorang ulama yang santun, mengajak dengan cara bijaksana dan memberi nasihat.

Karena ulama yang memaki-maki ditakuti bisa menimbulkan konflik di masyarakat.

Sebagai contoh, Ma'ruf mengatakan, kalau ada yang tersinggung dan marah karena dimaki. Maka akan ada konflik tak baik yang menimbulkan permusuhan.

"Yang harus kita bangun adalah mencintai, saling menyanyangi. Apalagi satu agama. Lain agamapun kita sesama bangsa itu harus mencintai dan menyayangi. Saling membantu dan saling menolong," kata Ma'ruf.

"Jadi bukan saling bermusuhan, saling membenci, kemudian saling memaki. Saya kira itu sesuatu yang tidak boleh. Negeri kita adalah negeri yang penuh dengan kesantunan yang diwariskan oleh nenek moyang kita," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas