Boni Hargens: Prabowo Mempolitisasi Masyarakat Lewat 'Indonesia Punah' Dari Kegagalan Orba dan SBY
Boni menilai, kubu Prabowo memakai paradigma pesimistik tentang keadaan Indonesia hari ini dan masa depannya.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens menyoroti peryataan cawapres Prabowo Subianto soal Indonesia punah jika paslon nomor urut 02 kalah di Pilpres 2019.
Boni menilai, kubu Prabowo memakai paradigma pesimistik tentang keadaan Indonesia hari ini dan masa depannya.
Paradigma pesimistik itu, kata Boni, sebagai bentuk kegagalan Orde Baru (Orba) di masa kepemimpinan Presiden Soeharto selama 32 tahun.
"Paradigma pesimistik yang dipakai Prabowo memanfaatkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat akar rumput yang ditandai oleh kemiskinan, krisis informasi, keterbatasan peluang akses terhadap pembangunan, dan perasaan ketidakadilan yang bersifat structural yang sebetulnya dampak dari kegagalan pembangunan selama puluhan tahun sejak Orde Baru berkuasa 32 tahun (1966-1998)," kata Boni Hargens dalam keterangan, Jumat (21/12/2018).
Boni menyebut, Prabowo ingin mempolitisasi perasaan kolektif masyarakat akar rumput dan meletakkan seluruh dosa Orde Baru dan bahkan kegagalan 10 tahun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai beban yang harus dipikul Jokowi yang baru berkuasa empat tahun.
"Pada ruang inilah, Prabowo ingin melakukan abstraksi atas seluruh pendekatan pesimistik yang diterapkannya dengan menebarkan ketakutan kolektif bahwa jika ia tidak terpilih maka Indonesia punah," terang Boni.
Boni juga menyebut, cara yang digunakan Prabowo digolongkan trik politik yang cerdik dan licik tetapi cukup efektif karena tidak rumit dan mudah dimengerti masyarakat.
Hal ini, lanjut Boni, sangat berbahaya bagi kubu Jokowi karena masyarakat bisa tergiring opini dan mengeyampingkan keberhasilan pemerintahan dalam pembangunan selama 4 tahun belakangan ini.
"Model propaganda macam ini bisa mengalahkan seluruh prinsip baik dan kinerja Jokowi jika petahana tidak mampu menangkal dengan kontranarasi yang tepat, cerdas, dan pola penyampaian yang tepat-sasaran dan mudah dimengerti public," papar Boni.