Jokowi Agresif Menyerang, Peneliti LIPI: Ingat, Dalam Bola Kaki, Pertahanan Terbaik Adalah Menyerang
Karena menurut anggota Dewan Pakar The Habibie Center ini, perkembangan sesaat akan menentukan strategi mana yang harus diambil.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indria Samego menegaskan tidak ada larangan sama sekali Pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk memilih strategi menyerang atau bertahan di pemilu.
Karena menurut anggota Dewan Pakar The Habibie Center ini, perkembangan sesaat akan menentukan strategi mana yang harus diambil.
Begitu juga dengan perubahan strategi dari Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) yang dinilai agresif menyerang akhir-akhir ini.
"Gak ada larangan sama sekali untuk memilih yang paling efektif. Paslon 01 merasa akan diserang terus, maka harus digunakan jurus bertahan tapi menyerang," ujar Indria Samego kepada Tribunnews.com, Senin (4/2/2019).
Ingat, dia memberikan catatan, dalam permainan bola, ada yang meyakini pertahanan terbaik adalah menyerang.
"Dalam permainan bola, ada yang meyakini bahwa pertahanan terbaik adalah menyerang (counter attact)," jelas dia menganalogikan.
Yang terpenting, lebih jauh ia menegaskan, bagaimana kualitas serangannya.
Baca: Silahturahmi ke Kiai Dimyati Rois, Maruf Amin Berbincang Kepesantrenan Hingga Keulamaan
Karena, selain fakta juga narasinya harus tepat sasaran, efisien tapi efektif.
Sebelumnya dalam beberapa kali kesempatan Capres nomor urut 01 Jokowi terlihat tampil menyerang. Terakhir Jokowi menyebut pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menggunakan konsultan asing dalam menghadapi pemilihan presiden 2019.
Akibat menggunakan konsultan asing itu, menurut Jokowi, strategi kampanye yang digunakan kubu oposisi berpotensi memecah belah masyarakat.
"Yang dipakai konsultan asing. Enggak mikir ini memecah belah rakyat atau tidak, enggak mikir mengganggu ketenangan rakyat atau tidak, ini membuat rakyat khawatir atau tidak. Membuat rakyat takut, enggak peduli," kata Jokowi saat bertemu sedulur kayu dan mebel di Solo, Minggu (3/2/2019).
Jokowi tak menyebut konsultan asing apa yang digunakan kubu Prabowo-Sandi. Namun, ia sempat menyinggung soal propaganda Rusia.
"Seperti yang saya sampaikan, teori propaganda Rusia seperti itu. Semburkan dusta sebanyak-banyaknya, semburkan kebohongan sebanyak-banyaknya, semburkan hoaks sebanyak-banyaknya sehingga rakyat menjadi ragu. Memang teorinya seperti itu," kata Jokowi.
Jokowi mencontohkan soal hoaks mengenai tujuh kontainer surat suara tercoblos. Juga mengenai hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet, yang saat itu masih bergabung dalam Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi.
Jokowi juga sempat menyinggung soal dirinya yang selama ini disebut sebagai antek asing. Namun, pada kenyataannya, kubu Prabowo-Sandi-lah yang menggunakan konsultan asing dalam menghadapi Pilpres 2019.
"Konsultannya konsultan asing. Terus yang antek asing siapa? Jangan sampai kita disuguhi kebohongan yang terus-menerus. Rakyat kita sudah pintar, baik yang di kota atau di desa," kata dia.(*)