Jawaban Jokowi atas Tudingan Sudirman Said Soal Pertemuan Diam-diam dengan Bos Freeport
Pertemuan tersebut disebut Sudirman yang saat ini menjadi Tim Sukses Prabowo-Sandi, menjadi cikal bakal keluarnya surat tertanggal 7 Oktober 2015.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Malvyandie Haryadi
"Kira-kira jam 8.30 Wib, saya datang dari rumah, duduk sekitar 5, 10 menit, langsung masuk ke ruang kerja pak presiden," katanya.
Namun, lanjut Sudirman Said, sebelum masuk ke ruang kerja presiden, ia dibisiki oleh ajudan presiden untuk menganggap bahwa pertemuan tersebut tidak ada.
"Sebelum masuk ke ruang kerja, saya dibisiki oleh Aspri, 'pak menteri pertemuan ini tidak ada'. Saya ungkap ini karena ini hak publik untuk mengetahui di balik keputusan ini. Jadi bahkan Setneg tidak tahu, Setkab tidak tahu," katanya.
Sudirman mengaku kaget begitu masuk ke ruang kerja presiden, sudah ada James Moffet. Dalam pertemuan tersebut tidak ada pembicaraan panjang lebar.
Sudirman mengatakan, Jokowi hanya memerintahkan membuat surat atau dokumen perpanjangan kontrak freeport di Indonesia.
"Dan tidak panjang lebar, presiden hanya katakan, tolong siapkan surat, seperti yang dibutuhkan. Kira-kira, kita ini ingin menjaga kelangsungan investasi lah. Nanti dibicarakan setelah pertemuan ini. Saya jawab 'baik pak pres', maka keluarlah saya bersama James Mofet ke suatu tempat. Freeport Indonesia juga tidak tahu Mofet itu ke Indonesia," katanya.
Sudirman mengaku Jim Mofet kemudian menyodorkan draft perpanjangan kerjasama kepadanya. Setelah membacanya ia kemudian mengatakan kepada Moffet bahwa draft tersebut tidak sesuai.
"Kalau saya ikuti draftmu, maka akan ada preseden negara didikte korporasi. Saya tidak lakukan itu. You tell me what have been discussed with president, dan saya akan buat draft yang lindungi kepentingan republik," katanya.
Sekitar jam 3 sore ia kemudian balik lagi ke kantor ESDM. Sudirman mengaku langsung mengumpulkan sekjen, biro hukum, dan bidang terkait untuk membuat draft surat perpanjangan kontrak. Setelah rapat, draft yang dibuatnya kemudian dinyatakan clear.
"Namun saat itu belum saya tandatangani," kata Sudirman Said.
Sudirman menambahkan, mengatakan draft tersebut kemudian ia serahkan kepada presiden, "Bapak ibu mau tahu apa yang dikatakan presiden. Begini saja sudah mau, kalau mau lebih kuat, yang diberi saja (Mofet) ,” katanya.
Karena itu menurut Sudirman surat perpanjang kontrak Freeport di Indonesia itu bukan atas inisiatifnya melainkan atas inisiatif presiden.
"Saya katakan surat itu perkuat posisi mereka, lemahkan posisi kita. Jadi kalau saya disalahkan karena posisi negara semakin lemah, maka salahkanlah yang menyuruh surat itu," ungkap Sudirman Said.
Isi Perjanjian