KPU Wacana Hilangkan Nobar di Lokasi Debat Menyusul Peristiwa Ledakan Kemarin
Pasalnya gelaran nobar di dekat lokasi pelaksanaan debat menimbulkan sejumlah pro dan kontra.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menampung usulan dari berbagai pihak khususnya dua kubu tim kampanye baik BPN maupun TKN serta media penyelenggara. Salah satu yang jadi concern KPU ialah usulan meniadakan nonton bareng.
Pasalnya gelaran nobar di dekat lokasi pelaksanaan debat menimbulkan sejumlah pro dan kontra.
Disamping memfasilitasi para relawan yang tak bisa masuk ke ruang debat karena keterbatasan undangan, sisi lainnya ialah saling caci dari dua kubu relawan.
Selain itu juga ada satu kejadian ledakan di Parkir Timur Senayan, dekat lokasi nobar relawan paslon 01 yang memperparahnya.
Akibat kejadian itu, dua relawan malah saling tuding, memanfaatkan situasi tersebut untuk menjatuhkan lawannya masing-masing.
Menurut Komisioner KPU RI Pramono Ubaid, gelaran nobar sejatinya hanyalah bagian hiburan agar kawasan lokasi debat nampak lebih meriah.
"Jadi nobar hanya bagian dari entertainment ya biar lebih meriah. Memang kalau dari sisi kepentingan debat kandidat, sebenarnya (nobar) tidak terlalu penting," kata Pramono, di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (21/2/2019).
Baca: Hidayat Usulkan Jokowi Kirim Tim untuk Debat dengan Sudirman Said Soal Pertemuan Rahasia Freeport
Kata dia melanjutkan, debat kandidat pilpres target utamanya adalah pemirsa yang menyaksikan di televisi. Sedangkan keberadaan nobar tak punya relevansi terhadap itu semua.
"Karena namanya debat kandidat sasaran utamanya pemirsa yang ada di rumah, yang menonton televisi. Sebenarnya keberadaan nobar tak ada relevansi terkait penyampaian visi misi kepada pemirsa di rumah," imbuhnya.
"Yang terjadi malah memperkuat gesekan. Yang sudah terjadi malah memberi peluang orang membuat provokasi. Bom misalnya kemarin, mungkin orang memancing di air keruh, malah bisa saling tuding antar kedua belah pihak. Kan jadi berbahaya," pungkas Pramono.