Debat Keempat Pilpres 2019, Jokowi Sebut Keunggulan Indonesia dalam Diplomasi Internasional
Jokowi membahas soal keunggulan Indonesia dalam diplomasi internasional dalam debat keempat Pilpres 2019, Sabtu (31/3/2019).
Editor: Pravitri Retno W
Jokowi membahas soal keunggulan Indonesia dalam diplomasi internasional dalam debat keempat Pilpres 2019, Sabtu (31/3/2019).
JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Fakta itu, menurut Jokowi, menjadi salah satu kekuatan diplomasi Indonesia di tingkat internasional.
"Oleh sebab itu, di dalam forum-forum internasional selalu saya sampaikan di awal bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia," ujar Jokowi dalam debat keempat Pilpres 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019).
"Karena banyak negara lain yang belum tahu mengenai posisi kita seperti itu," ujar dia.
Baca: Kumpulan Cek Fakta Jokowi Hasil Debat Capres ke-4, Sebut 23 Lembaga Dibubarkan selama 4,5 Tahun
Saat ini, lanjut Jokowi, Indonesia diberikan kepercayaan dalam menangani sejumlah konflik.
Misalnya, upaya Indonesia dalam menangani tragedi kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya di Rakhine State, Myanmar.
"Saya diminta oleh UN untuk menengahi proses kembalinya para pengungsi menuju ke Rakhine State kembali," kata Jokowi.
Selain itu, Jokowi juga menyebut peran Indonesia dalam menangani konflik antar-faksi di Afghanistan.
"Kemudian juga di Afghanistan kita juga diberikan kepercayaan untuk ikut merukunkan, mendamaikan, dari faksi-faksi yang berkonflik di sana," ucap mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Baca: Hasil Debat Capres ke-4: Kumpulan Cek Fakta Prabowo, Bahas Korupsi hingga Bandingkan Kapal Selam
"Kita sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia ini, bisa kita jadikan sebagai modal besar bagi kita berdiplomasi dengan negara-negara lain," ujar Jokowi.
(Kompas.com/Kristian Erdianto)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menurut Jokowi, Ini Keunggulan Indonesia dalam Diplomasi Internasional"