Boni Hargens: Pidato AHY Itu Justru Kumandangkan Narasi Kebangsaan Jokowi
Dalam pidato berjudul 'Indonesia untuk Semua', kata Boni, AHY tampil cerdas dan kritis mengkritisi praktek kampanye pilpres 2019 yang didominasi polit
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Politik Boni Hargens mengatakan pidato kebangsaan yang disampaikan Agus Harymurti Yudhoyono (AHY) di Surabaya Jawa Timur adalah terobosan besar yang tidak hanya menguntungkan partai Demokrat tetapi juga untuk kepentingan bangsa.
Dalam pidato berjudul 'Indonesia untuk Semua', kata Boni, AHY tampil cerdas dan kritis mengkritisi praktek kampanye pilpres 2019 yang didominasi politik identitas.
Narasi yang memecahbelah persatuan karena penonjolan identitas agama secara berlebihan oleh kelompok politik tertentu merupakan ancaman bagi masa depan Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika.
Baca: Klaim TKN Massa Pendukung Jokowi - Maruf Lebih Militan dan Tangguh
Boni menilai, apa yang disampaikan AHY merupakan bentuk bahwa Putra Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu adalah wajah masa depan Partai Demokrat.
"SBY telah sukses melakukan regenerasi politik meski itu adalah keluarganya sendiri. AHY mampu menampilkan dirinya sebagai anak muda yang cerdas dan visioner," kata Boni kepada wartawan, Sabtu (13/4/2019).
Lebih lanjut, Boni menyebut, AHY dalam seluruh narasi pidatonya telah mejadi juru kampanye Jokowi-Maruf yang hari ini melakukan kampanye akbar di Gelora Bung Karno di Jakarta.
"Narasi “Indonesia untuk Semua” atau kalimat “jangan lelah mencintai Indonesia” yang muncul dalam pidato AHY adalah narasi politik yang sejak 2014 dibangun Jokowi," ucap Boni.
Dalam bulan-bulan terakhir menjelang Pilpres 17 April 2019, narasi kebangsaan itu semaki kencang dikumandangkan oleh Jokowi dan para pendukungnya.
Itu sebabnya, ia menilai pidato AHY hari ini di Surabaya adalah bentuk dukungan langsung dan konkrit dari AHY dan partai Demokrat terhadap Jokowi-Maruf.
"Kesimpulan saya ini berangkat dari preseden sebelumnya yaitu kritk SBY terhadap kampanye akbar Prabowo-Sandi sebelumnya yang dinilai SBY terlalu eksklusif karena menonjolkan secara berlebihan simbol identitas," ungkap Boni.
"Saya juga melihat sendiri para peserta yang hadir dalam kampanye Prabowo itu kebanyakan adalah massa politik PKS dan bekas-bekas HTI yang selama ini berteriak tentang khilafah," tambahnya.
Boni pun menyebut, kritikan SBY mencapai penyempurnaannya melalui pidato politik AHY hari ini.
"Jika Demokrat tetap menjaga konsistensi prinsip politiknya yang nasionalis, saya yakin partai ini suatu waktu ke depan akan mengalami kebangkitan kembali atau re-awakening," pukasnya.