Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Titiek Soeharto Heran Surat Penyidikan Prabowo Keluar Usai Penetapan Final Rekapitulasi KPU

Titiek Soeharto merasa heran atas terbitnya Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) terhadap prabowo

Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Sanusi
zoom-in Titiek Soeharto Heran Surat Penyidikan Prabowo Keluar Usai Penetapan Final Rekapitulasi KPU
Tribunnews.com/Gita Irawan
Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional Prabowo Sandi sekaligus politisi Partai Berkarya Titiek Soeharto tampak beradan di tengah kerumunan massa demonstran di deoan kantor Badan Pengawas Pemilu pada Selasa (21/5/2019). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus Partai Berkarya, Siti Hediati Hariadi atau Titiek Soeharto merasa heran atas terbitnya Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) terhadap Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto terkait kasus dugaan makar yang menjerat Eggi Sudjana.

Titiek menyatakan keheranannya, karena SPDP itu keluar pada hari Selasa (21/5/2019) dini hari atau setelah penetapan final rekapitulasi Pemilu 2019 oleh KPU RI.

“Betul surat itu dikirim ke kediaman Pak Prabowo di Hambalang, tapi masa ngirimnya dini hari, surat tanggal 17 Mei 2019 tapi ngirimnya baru setelah penetapan rekapitulasi hasil Pemilu oleh KPU RI, tidak bisa lebih elegan sedikit ya?” ujar Titiek saat ditemui mengikuti aksi unjuk rasa di depan Kantor Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (21/5/2019).

Lebih detail Titiek mengatakan surat itu diterima Prabowo sekitar pukul 03.00 WIB.

Menurut Titiek pengiriman SPDP itu sebagai bentuk penghinaan kepada Prabowo.

“Padahal beliau sudah melakukan hal-hal yang baik untuk bangsa, kenapa dikirim surat seperti itu, itu seperti menghina atau apa ya,” pungkas Titiek.

Sebelumnya SPDP tersebut terbit berdasarkan laporan dari seseorang bernama DR Suriyanto SH MH MKn dengan terlapor Prabowo Subianto dalam dugaan kasus makar.

Berita Rekomendasi

Dalam laporan itu Prabowo disebut bersama-sama Eggi diduga melakukan tindak pidana kejahatan terhadap keamanan negara/makar dan atau menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan pemberitahuan yang dapat menimbulkan keonaran di masyarakat, dan atau menyiarkan kabar yang tidak pasti atau kabar yang berlebihan atau tidak lengkap.

Namun SPDP itu menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono ditarik dengan alasan belum waktunya untuk memeriksa Prabowo.

Lompat Pagar

Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi sekaligus politisi Partai Berkarya Titiek Soeharto tampak berada di tengah kerumunan massa demonstran di depan kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Selasa (21/5/2019).

Ia tampak dikerumuni sejumlah demonstran yang ingin berfoto bersamanya.

Titiek Soeharto melayani mereka berfoto satu per satu sambil mendengarkan keluh kesah mereka.

Ketika ditanya wartawan, ia mengungkapkan sejumlah keluhannya karena geraknya merasa dibatasi oleh blokade para petugas kepolisian yang menjaga aksi tersebut.

Bahkan ia mengaku harus meloncat pagar untuk bisa sampai ke tengah kerumunan massa tersebut.

Baca: Menu Buka Puasa Demonstran di Depan Bawaslu, Mulai dari Kurma Sampai Nasi Kebuli

Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto
Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto (Tribunnews.com/ Taufik Ismail)

"Saya disini menyambangi teman-teman yang ikut aksi damai ini. Mereka datang dari penjuru tanah air walaupun dicegat. Mereka cuma mau aksi damai. Tapi kok disambut sama polisi-polisi. Mbok ya kesanaan dikit gitu. saya di blokir tidak bisa lewat. Saya harus loncat pagar untuk masuk sini," kata Titiek di jalan MH Thamrin.

Titiek mengatakan keberadaannya di tengah demonstran adalah untuk berunjuk rasa dan memprotes hasil Pemilu 2019 yang ia nilai curang. 

"Pemilu ini banyak kecurangannya. Saya harap itu bisa diproses Bawaslu," kata Titiek. 

Baca: Polda Metro Jaya Apresiasi Aksi Unjuk Rasa di Depan Kantor Bawaslu

Ribuan demonstran yang berkumpul di sepanjang jalan MH Tahmrin depan kantor Badan Pengawas Pemilu tampak melanjutkan aksinya hingga lepas Magrib pada Selasa (21/5/2019) sekira pukul 18.20 WIB.

Tampak dari mereka berbuka puasa dengan beraneka makanan.

Tampak di sepanjang jalan tersebut para demonstran menikmati sejumlah menu antara lain nasi kebuli, kurma, nasi bungkus berisi ayam goreng dan sayur, roti, air mineral, dan menu lainnya.

Sejumlah pengunjuk rasa juga tampak menjalankan ibadah salat magrib berjamaah di bebrapa sisi jalan beralaskan kardus atau plastik berukuran lebar.

Sementara orator masih berteriak mengumandangkan yel-yelnya.

"Siap untuk bertahan?!" kata orator di atas mobil sound system.

"Siap!" kata massa yang duduk di tengah jalan MH Tahmrin sambil mengepalkan tangan ke atas.

Sementara itu petugas kepolisian berseragam tampak tengah berisitirahat dan berbuka puasa dengan nasi kotak di dalam kawat berduri depan kantor Bawaslu menuju arah Bundaran HI.

Petugas lainnya juga tampak tengah beristirahat di tengah jalan MH Thamrin menuju Bundadan HI.

Para petugas kepolisian yang mengenakan tameng dan body protector lengkap membentuk blokade manusia di jalan MH Thamrin menuju arah Bundaran HI.

Ketua Presidium Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat saat berorasi di atas mobil komando di depan Kantor KPU Sumut, Selasa (21/5/2019)
Ketua Presidium Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat saat berorasi di atas mobil komando di depan Kantor KPU Sumut, Selasa (21/5/2019) (TRIBUN MEDAN/M ANDIMAZ KAHFI)

Blokade kawat berduri masih terpasang mengelilingi area Kantor Bawaslu.

Hingga pukul 18.36 WIB belum ada tanda massa akan membubarkan diri.

Dari orasi terdengar, para demonstran tersebut menilai telah terjadi kecurangan pada Pemilu 2019 dan menuntut Bawaslu agar memproses kecurangan tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas