Naiknya Suku Bunga Acuan BI Disebut Jadi Tantangan Tak Hanya Bagi Konsumen, Tapi Juga Pengembang
Senior Associate Director Research Colliers International Ferry Salanto mengatakan tantangan bukan hanya akan dirasakan oleh konsumen.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) diyakini sebagai tantangan tersendiri bagi sektor properti di tahun 2023 karena imbasnya terhadap suku bunga KPR.
Senior Associate Director Research Colliers International Ferry Salanto mengatakan tantangan bukan hanya akan dirasakan oleh konsumen.
Namun, pengembang akan turut merasakan tantangan dari kenaikan suku bungan acuan.
Baca juga: Tingginya Minat Hunian Vertikal Jadi Sentimen Positif Industri Properti pada Tahun Depan
"Tentunya kenaikan suku bunga itu menjadi tantangan sendiri bagi sektor properti. Enggak hanya bagi konsumen, tapi juga bagi developer karena ada loan interest yang mereka harus bayarkan," kata Ferry dalam webinar, Rabu (4/1/2023).
Menurut dia, naiknya suku bunga juga akan berdampak pada harga yang akan mengalami peningkatan.
Ia berujar konsumen yang merupakan end user akan tetap membeli bila harganya alami peningkatan.
"Kalau buat konsumen yang end user, ini sesuatu yang mungkin mereka harus sedikit tetap nekat untuk beli. Walaupun kenaikannya tidak terlalu tinggi gitu, ya. Artinya, selisih kenaikan bunga yang sekarang dengan yang sebelumnya itu tidak terlalu tinggi," ujar Ferry.
Ferry tak menampik daya beli konsumen end user akan menurun.
"Sebab, cicilan yang akan dibayar berhubungan dengan pendapatan yang mereka dapatkan yang mungkin juga tidak naik," katanya.
Baca juga: Penjualan Properti di Amerika Serikat Menyusut Sebesar 35,4 Persen Imbas Kenaikan Suku Bunga
Dalam kesempatan sama, Director Advisory Services Monica Koesnovagril mengatakan dari sisi pengembang, merupakan tantangan karena bunga pinjaman diprediksi akan ikut naik.
Ia menyebut ketika membangun suatu properti biasanya diawali dengan pinjaman.
"Sehingga harus hati-hati sekali. Developer itu akan lebih berhitung karena di satu sisi investasinya akan naik," ujar Monica.
Pengembang disebut harus yakin tentang konsumennya. Terutama mengenai demand (permintaan) yang ada.
Baca juga: Harga Properti di Jabodetabek Kompak Naiknya, Merata di Semua Area
"Dari sisi developer akan lebih berhitung gitu. Jadi, yang tadinya misalnya setengah nekad, setengah gambiling, itu akan mungkin akan semakin berkurang," kata Monica.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) kembali menaikan suku bunga acuannya atau BI 7 Days Reverse Repo Rate naik 25 basis poin (bps) menjadi 5,5 persen.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21 dan 22 Desember 2022, memutuskan untuk menaikkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen" kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (22/12/2022).
Demikian pula, lanjut Perry, suku bunga deposit facility naik 25 bps menjadi sebesar 4,75 persen, dan suku bunga lending facility juga naik 25 bps menjadi 6,25 persen.
"Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi," katanya.