Pernah Hancur oleh Gempa Lombok, Gedung BPSILHK Mataram Digarap dengan Konsep Tahan Guncangan
Gedung BPSILHK Mataram pernah rusak akibat terdampak gempa Lombok pada 2018 dengan kekuatan magnitudo 6,4.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembangunan gedung Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK) Mataram, telah rampung dikerjakan PT Waskita Karya (Persero).
Gedung tersebut diketahui rusak akibat terdampak gempa Lombok pada 2018 dengan kekuatan magnitudo 6,4.
Kepala Biro Umum Setjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Samidi, mewakili Menteri KLHK, Siti Nurbaya Bakar menyampaikan pembangunan ini dalam rangka mendukung BPSILHK Mataram untuk melakukan proses kajian standarisasi.
"Kami ucapkan terimakasih atas semua pihak yang turut serta dalam proses pembangunan ini. Semoga kolaborasi dapat ditingkatkan pada kegiatan selanjutnya,” kata Samidi ditulis Sabtu (2/3/2024).
SVP Corporate Secretary Perseroan Ermy Puspa Yunita mengatakan, proses pembangunan design and build gedung kantor BPSILHK, Waskita melakukan inovasi pengembangan desain dengan perkuatan struktur bangunan sesuai dengan standard index gempa di Lombok.
Selain itu, Waskita juga menerapkan green construction pada pekerjaan bagunan ini yaitu dengan menggunakan material pemasangan dinding rooster yang cukup masif di area bangunan.
Hal ini sebagai penunjang untuk mengurasi emisi carbon dari air conditioner dan memberikan sirkulasi udara bersih.
Baca juga: Pasca Pemilu, Pasar Properti Kembali Tumbuh, Pengembang Mulai Luncurkan Proyek Baru
Ia menyebut, pemasangan kaca di jendela yang cukup banyak pada bangunan utama untuk meminimalisir penggunaan listrik sebagai penerangan di dalam ruangan, serta pemasangan grease trap sebagai pengolahan air bekas sebelum dibuang ke saluran air.
Baca juga: Survei BI: Harga Properti Tempat Tinggal Alami Peningkatan
"Penerapan green construction ini merupakan salah satu upaya Perseroan dalam meningkatkan dan melindungi keragaman ekosistem, memperbaiki kualitas udara, mereduksi limbah serta konservasi sumber daya alam," tutur Ermy.