Program Tapera Diklaim Bisa Tekan Angka Backlog yang Kini Sentuh 9,9 Juta
Program Tapera bakal turut berdampak dalam menekan angka backlog di dalam negeri.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) mengungkapkan, angka backlog perumahan saat ini berada di angka 9,9 juta.
Diketahui, backlog perumahan merupakan kondisi kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang diperlukan masyarakat.
Komisioner BP Tapera, Heru Pudyo Nugroho mengklaim, program Tapera bakal turut berdampak dalam menekan angka backlog di dalam negeri.
Baca juga: Pemerintah Dorong Penyediaan Perumahan untuk Atasi Backlog, Ini Langkah Industri Semen
Mengingat, kemampuan Pemerintah dalam menghadirkan rumah murah untuk masyarakat sangat terbatas.
Sejumlah insentif yang telah dikucurkan Pemerintah seperti subsidi bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) hingga serta Subsidi Uang Muka (SBUM), dimana insentif tersebut untuk golongan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
"Bahwa salah satu tujuan kenapa harus tapera karena membantu mengurangi Backlog secara signifikan. Kan masih ada kalau di data itu 9,9 juta masyarakat, masyarakat berpenghasilan rendah juha yang belum punya rumah," ungkap Heru dalam acara diskusi di Jakarta, Kamis (3/10/2024).
"Kemampuan pemerintah rata-rata setiap tahun untuk membantu penyediaan KPR subsidi yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah itu hanya 220 ribu sampai 230 ribu. Intinya masih jauh kalau mau menyelesaikan backlog," sambungnya.
Untuk itu, salah satu upaya menekan besarnya angka backlog melalui program Tapera.
Diketahui, program Tapera yang dapat dimanfaatkan oleh peserta Tapera yang termasuk masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah bantuan pembiayaan perumahan seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Bangun Rumah (KBR), serta Kredit Renovasi Rumah (KRR).
Bagi peserta yang tidak termasuk kedalam MBR akan termasuk kedalam kategori penabung mulia yang mendapatkan simpanan beserta hasil pemupukannya pada saat masa kepesertaan berakhir.
"Makanya diperlukan kolaborasi bersama masyarakat, konsep nabung (Tapera) supaya hasil nabungnya terbentuk sebuah likuiditas," papar Heru.
"Semakin banyak masyarakat yang gabung Tapera, semakin banyak yang nabung bareng, semakin likuiditas semakin besar, tentunya jumlah rumah yang bisa kita sediakan, yang murah juga lebih gede," pungkasnya.